Konsumsi Rumah Tangga Bakal Melambat di Sisa 2018
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 August 2018 13:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018. Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode April - Juni 2018 mencapai 5,27%.
Berdasarkan data otoritas statistik, konsumsi rumah tangga yang sejak 6 kuartal terakhir yang hanya tumbuh di kisaran 5%, pada kuartal II-2018 ini mampu terakselerasi hingga 5,14%.
Meski demikian, Kepala BPS Suhariyanto ragu geliat konsumsi rumah tangga pada sisa dua kuartal terakhir bisa dipertahankan pada level di atas 5%. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.
"Konsumsi tumbuh 5,14% ini luar biasa. Kalau dibilang akan lebih kuat, akan berat," tegas Suhariyanto di sela-sela konferensi pers, Senin (6/8/2018).
Pada kuartal II-2018, geliat konsumsi rumah tangga memang didorong dari momen lebaran, penyaluran tunjangan hari raya (THR) bagi aparatur negara, maupun sokongan dari belanja pemerintah.
Namun pada kuartal selanjutnya, praktis tidak ada sumbangsih lebih dari momentum lebaran maupun penyaluran THR. Hal ini, menjadi pemicu akselerasi konsumsi kuartal selanjutnya cukup berat.
"Kecuali di kuartal IV-2018, karena ada libur panjang dan persiapan menjelang natal dan tahun baru. Kemudian belanja pemerintah harus terus digalakkan, jangan numpuk di kuartal IV," jelasnya.
Pesimisme BPS, sejatinya juga ditunjukan dari data Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Pada kuartal III-2018, ITK menunjukkan adanya pesimisme dari konsumen.
"Karena pendapatannya diperkirakan dari mana ya? THR dan yang lain sudah dapat, jadi pendapatannya tidak sebesar biasanya," katanya.
"Ketika tidak ada pendapatan, maka rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta juga berkurang," tegasnya.
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar perekonomian. Konsumsi rumah tangga menyumbang 55,43% terhadap produk domestik bruto (PDB).
(dru/dru) Next Article Sri Mulyani: Masih Ada PR, Investasi Melambat!
Berdasarkan data otoritas statistik, konsumsi rumah tangga yang sejak 6 kuartal terakhir yang hanya tumbuh di kisaran 5%, pada kuartal II-2018 ini mampu terakselerasi hingga 5,14%.
Meski demikian, Kepala BPS Suhariyanto ragu geliat konsumsi rumah tangga pada sisa dua kuartal terakhir bisa dipertahankan pada level di atas 5%. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.
Pada kuartal II-2018, geliat konsumsi rumah tangga memang didorong dari momen lebaran, penyaluran tunjangan hari raya (THR) bagi aparatur negara, maupun sokongan dari belanja pemerintah.
Namun pada kuartal selanjutnya, praktis tidak ada sumbangsih lebih dari momentum lebaran maupun penyaluran THR. Hal ini, menjadi pemicu akselerasi konsumsi kuartal selanjutnya cukup berat.
"Kecuali di kuartal IV-2018, karena ada libur panjang dan persiapan menjelang natal dan tahun baru. Kemudian belanja pemerintah harus terus digalakkan, jangan numpuk di kuartal IV," jelasnya.
Pesimisme BPS, sejatinya juga ditunjukan dari data Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Pada kuartal III-2018, ITK menunjukkan adanya pesimisme dari konsumen.
"Karena pendapatannya diperkirakan dari mana ya? THR dan yang lain sudah dapat, jadi pendapatannya tidak sebesar biasanya," katanya.
"Ketika tidak ada pendapatan, maka rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta juga berkurang," tegasnya.
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar perekonomian. Konsumsi rumah tangga menyumbang 55,43% terhadap produk domestik bruto (PDB).
(dru/dru) Next Article Sri Mulyani: Masih Ada PR, Investasi Melambat!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular