
Di Kurs Acuan dan Pasar Spot, Dolar AS Kompak di Rp 14.500
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2018 10:37

Sentimen kedua adalah perang dagang yang kembali memanas antara AS dan China. Presiden Donald Trump dikabarkan segera mengumumkan rencana pengenaan bea masuk baru terhadap importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Produk-produk tersebut akan dikenakan bea masuk 25%, bukan 10% seperti rencana awal.
China pun tidak gentar. Beijing menegaskan bahwa mereka siap membalas jika AS betul-betul menerapkan bea masuk itu.
“Kami menyarankan AS memperbaiki sikap mereka dan tidak lagi melakukan pemerasan. Itu tidak akan berhasil,” tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters.
Jika perang dagang dalam skala besar benar-benar terjadi antara AS dan China, laju perekonomian dunia menjadi taruhannya. Isu ini membuat investor mundur teratur dari instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang. Investor memilih bermain aman dan masuk ke aset-aset safe haven.
Dolar AS menjadi pilihan karena mata uang ini dalam kadar tertentu relatif aman. Aliran dana pun masuk ke instrumen-instrumen berbasis greenback.
Arus modal ini mendorong imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun. Untuk seri acuan tenor 10 tahun, yield turun 1,7 basis poin menjadi 2,9859%. Penurunan yield adalah pertanda harga sedang naik akibat tingginya permintaan.
Penguatan dolar AS yang seolah tiada henti membuat rupiah semakin defensif. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah 6% terhadap greenback. Depresiasi hari ini semakin menambah beban bagi mata uang Tanah Air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular