Analisis Teknikal

Ini Kata Grafik Teknikal terhadap Optimisme RI Atas Harga CPO

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 August 2018 08:36
Pemerintah optimistis harga CPO bakal menguat menyusul bauran wajib biofuel B20. Optimisme tersebut sejalan dengan proyeksi teknikal.
Foto: REUTERS/Samsul Said
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah optimistis harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) bakal menguat menyusul program bauran wajib biofuel B20. Optimisme tersebut sejalan dengan proyeksi pergerakan harga sawit secara teknikal.

Pemerintah mengestimasi harga CPO bakal melesat ke level US$ 700 per metrik ton pada akhir tahun ini. Indonesia adalah eksportir CPO terbesar di dunia dengan volume ekspor tahun lalu sebanyak 31,05 juta ton.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan kenaikan harga tersebut diproyeksi terjadi setelah Indonesia secara resmi menerapkan wajib bauran CPO sebanyak 20% terhadap solar (B20) pada September 2018.

Saat ini harga CPO berada di level 2.221 ringgit per ton atau setara US$ 545 per ton. Dengan asumsi bauran 20%, Indonesia akan menambah serapan CPO hingga 6 juta ton dari total produksi 33 juta ton. Artinya, akan ada lebih sedikit pasokan di pasar dunia sehingga harga akan menguat.

Terlebih, permintaan global diperkirakan meningkat seiring dengan kekhawatiran bahwa produk pertanian dari India akan menurun akibat kekeringan.
India adalah importir terbesar CPO di dunia.

Reuters melaporkan bahwa Negeri Bollywood ini diperkirakan mengalami musim hujan yang lebih kering dari biasanya yang akan mengganggu irigasi dan produk pertanian. Akibatnya, impor bahan makanan, termasuk CPO, pun bisa naik.

Dari sisi teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisa pergerakan harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia untuk melihat apakah optimisme pemerintah itu juga bisa dijustifikasi dari tren garsik sahamnya. Berikut ini ulasannya:
Ini Kata Grafik Teknikal terhadap Optimisme RI Atas Harga CPOSumber: Reuters
Secara tahun berjalan (year to date/ytd) harga CPO terhitung mengalami penurunan sebesar 12,28%. Penurunan tersebut tercermin dalam grafik di atas, dimana tren utama (primary trend) bergerak turun dengan puncak-puncak grafik lebih rendah (down trend).

Namun, dalam jangka pendek terdapat potensi penguatan harga CPO terlihat dari pola lembah berganda (double bottom) yang memberikan sinyal kenaikan.

Ini diperkuat oleh indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) yang berada pada posisi persilangan emas (golden cross) atau cenderung menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/hps) Next Article Jokowi: Jangan Lagi RI Ekspor CPO Terus-Terusan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular