
The Fed dan Perang Dagang Bikin Rupiah Melemah di Kurs Acuan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2018 10:39

Dolar AS masih berada di jalur pendakian. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) masih menguat 0,09% pada pukul 10:16 WIB.
Kali ini ada dua faktor yang membuat dolar AS menjadi favorit pelaku pasar. Pertama tentunya investor menantikan pertemuan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed memang kemungkinan besar masih menahan suku bunga acuan di 1,75-2% pada pertemuan kali ini. Namun pasar menantikan petunjuk yang lebih tegas soal arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Sejumlah data terbaru menunjukkan ekonomi Negeri Paman Sam semakin membaik. Pengeluaran konsumsi masyarakat AS periode Juni 2018 naik 0,4% secara year-on-year (YoY). Sementara data untuk bulan sebelumnya direvisi ke atas menjadi 0,5% dari sebelumnya 0,2%.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat ditopang oleh pengeluaran untuk jasa yang naik 0,6%, membaik dibandingkan pertumbuhan Mei yang sebesar 0,3%. Pengeluaran untuk jasa utamanya adalah di sektor restoran dan akomodasi. Sementara pengeluaran untuk barang pada Juni tumbuh 0,9%, sama dengan bulan sebelumnya.
Data berikutnya adalah pengeluaran konsumsi personal inti (Core Personal Consumption Expenditure/Core PCE) yang terakselerasi 1,9% pada Juni. Core PCE adalah ukuran The Federal Reserve/The Fed untuk melihat inflasi. The Fed menargetkan core PCE di kisaran 2% sehingga data Juni sudah mendekati.
Kemudian ada data pertumbuhan gaji masyarakat AS kuartal II-2018 yang sebesar 2,8%. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak 2008.
Data-data yang positif itu menelurkan keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Juli 2018 tercatat di 127,4, naik 0,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Rentetan data yang positif di atas semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Artinya The Fed akan empat kali menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini, lebih banyak ketimbang perkiraan awal yaitu tiga kali.
Didorong oleh aura kenaikan suku bunga acuan dolar AS pun perkasa dan mem-bully mata uang lainnya, termasuk di Asia. Rupiah pun menjadi salah satu korbannya.
(aji/aji)
Kali ini ada dua faktor yang membuat dolar AS menjadi favorit pelaku pasar. Pertama tentunya investor menantikan pertemuan Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed memang kemungkinan besar masih menahan suku bunga acuan di 1,75-2% pada pertemuan kali ini. Namun pasar menantikan petunjuk yang lebih tegas soal arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam ke depan.
Pertumbuhan konsumsi masyarakat ditopang oleh pengeluaran untuk jasa yang naik 0,6%, membaik dibandingkan pertumbuhan Mei yang sebesar 0,3%. Pengeluaran untuk jasa utamanya adalah di sektor restoran dan akomodasi. Sementara pengeluaran untuk barang pada Juni tumbuh 0,9%, sama dengan bulan sebelumnya.
Data berikutnya adalah pengeluaran konsumsi personal inti (Core Personal Consumption Expenditure/Core PCE) yang terakselerasi 1,9% pada Juni. Core PCE adalah ukuran The Federal Reserve/The Fed untuk melihat inflasi. The Fed menargetkan core PCE di kisaran 2% sehingga data Juni sudah mendekati.
Kemudian ada data pertumbuhan gaji masyarakat AS kuartal II-2018 yang sebesar 2,8%. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak 2008.
Data-data yang positif itu menelurkan keyakinan konsumen yang meningkat. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Juli 2018 tercatat di 127,4, naik 0,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Rentetan data yang positif di atas semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Artinya The Fed akan empat kali menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini, lebih banyak ketimbang perkiraan awal yaitu tiga kali.
Didorong oleh aura kenaikan suku bunga acuan dolar AS pun perkasa dan mem-bully mata uang lainnya, termasuk di Asia. Rupiah pun menjadi salah satu korbannya.
(aji/aji)
Next Page
Trump Kembali Ancam China
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular