
Jelang Lelang Rutin, Pasar Obligasi Terkoreksi
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
31 July 2018 13:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah terkoreksi menjelang lelang rutin siang ini, yang juga terjadi berbarengan dengan koreksi kurs rupiah hari ini. Merujuk data Reuters, harga empat seri acuan surat berharga negara (SBN) melemah dan mendongkrak tingkat imbal hasil (yield) di pasar.
Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder dengan empat seri acuan pemerintah yaitu seri FR0063, FR0064, FR0065, dan FR0075.
Dua seri acuan (benchmark) yang kenaikan yield-nya terjadi paling besar adalah seri 10 tahun dan 15 tahun yang masing-masing naik 4 basis poin (bps) dan 2 bps menjadi 7,76% dan 8,15%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Kenaikan yield pada dua seri lain yaitu seri acuan 5 tahun dan 20 tahun cenderung flat karena fluktuasinya tidak sampai 1 bps, masing-masing 0,7 bps dan 0,9 bps menjadi 7,65% dan 8,16%.
Sumber: Reuters
Siang ini, pemerintah akan menampung permintaan pelaku pasar terhadap lelang rutin yang sudah diagendakan. Lelang akan menawarkan lima seri, terdiri dari dua surat perbendaharaan negara (SPN) dan tiga seri lain dengan target Rp 10 triliun-Rp 20 triliun.
SPN adalah SBN bertenor di bawah 1 tahun, dan tiga seri yang dilelang merupakan seri acuan yang sudah ada di pasar dalam lelang reopening. Pemerintah menambah nilai surat berharga yang sudah dikeluarkan tersebut.
Demand Tinggi
Kepala Divisi Fixed Income Research PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memprediksi nilai penawaran yang akan masuk di lelang hari ini berkisar Rp 23 triliun-Rp 35 triliun, sementara analis Fixed Income PT Mandiri Sekuritas Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto memprediksi Rp 36 triliun-Rp 41 triliun.
Besarnya permintaan itu diprediksi terjadi karena tekanan perang dagang yang mulai mereda sehingga memulihkan kembali nyali investor global untuk berinvestasi di negara berkembang. Sebelumnya pada Mei mereka cenderung berhati-hati mengantisipasi risiko perang dagang tersebut.
Sumber: Diolah
Koreksi di pasar obligasi (bond) pemerintah juga terjadi ketika rupiah terkoreksi tipis 1 poin (0,01%) menjadi Rp 14.404 per dolar AS. Tekanan pada mata uang garuda tersebut diwarnai oleh gejolak harga batu bara di mana harga dunia untuk si batu hitam ini turun signifikan, mencapai 4% pada hari ini.
Tekanan harga batu bara global tersebut juga tercermin dari penurunan pasar saham, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor sebesar 90 poin (1,5%) menjadi 5,937.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder dengan empat seri acuan pemerintah yaitu seri FR0063, FR0064, FR0065, dan FR0075.
Dua seri acuan (benchmark) yang kenaikan yield-nya terjadi paling besar adalah seri 10 tahun dan 15 tahun yang masing-masing naik 4 basis poin (bps) dan 2 bps menjadi 7,76% dan 8,15%.
Yield Obligasi Negara Acuan 31 Jul 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 30 Jul 2018 | Yield 31 Jul 2018 | Selisih |
(%) | (%) | (Basis poin) | ||
FR0063 | 5 tahun | 7.648 | 7.655 | 0.70 |
FR0064 | 10 tahun | 7.721 | 7.766 | 4.50 |
FR0065 | 15 tahun | 8.123 | 8.152 | 2.90 |
FR0075 | 20 tahun | 8.153 | 8.162 | 0.90 |
Siang ini, pemerintah akan menampung permintaan pelaku pasar terhadap lelang rutin yang sudah diagendakan. Lelang akan menawarkan lima seri, terdiri dari dua surat perbendaharaan negara (SPN) dan tiga seri lain dengan target Rp 10 triliun-Rp 20 triliun.
SPN adalah SBN bertenor di bawah 1 tahun, dan tiga seri yang dilelang merupakan seri acuan yang sudah ada di pasar dalam lelang reopening. Pemerintah menambah nilai surat berharga yang sudah dikeluarkan tersebut.
Demand Tinggi
Kepala Divisi Fixed Income Research PT MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memprediksi nilai penawaran yang akan masuk di lelang hari ini berkisar Rp 23 triliun-Rp 35 triliun, sementara analis Fixed Income PT Mandiri Sekuritas Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto memprediksi Rp 36 triliun-Rp 41 triliun.
Besarnya permintaan itu diprediksi terjadi karena tekanan perang dagang yang mulai mereda sehingga memulihkan kembali nyali investor global untuk berinvestasi di negara berkembang. Sebelumnya pada Mei mereka cenderung berhati-hati mengantisipasi risiko perang dagang tersebut.
Prediksi Yield Wajar Lelang | Bank Danamon | MNC Sekuritas | Mandiri Sekuritas |
SPN03181101 | 5.2%-5.3% | 5.4%-5.50% | 5.62% (5.57%-5.67%) |
SPN12190801 | 6.15%-6.25% | 6.56%-6.65% | 6.67% (6.61%-6.71%) |
FR0063 | 7.62%-7.67% | 7.53%-7.62% | 7.59% (7.53%-7.63%) |
FR0064 | 7.69%-7.74% | 7.62%-7.71% | 7.69% (7.64%-7.74%) |
FR0065 | 8.13%-8.18% | 8.06%-8.15% | 8.14% (8.09%-8.19%) |
Jumlah permintaan | - | Rp 23 triliun-Rp 35 triliun | Rp 36 triliun-Rp 41 triliun |
Koreksi di pasar obligasi (bond) pemerintah juga terjadi ketika rupiah terkoreksi tipis 1 poin (0,01%) menjadi Rp 14.404 per dolar AS. Tekanan pada mata uang garuda tersebut diwarnai oleh gejolak harga batu bara di mana harga dunia untuk si batu hitam ini turun signifikan, mencapai 4% pada hari ini.
Tekanan harga batu bara global tersebut juga tercermin dari penurunan pasar saham, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor sebesar 90 poin (1,5%) menjadi 5,937.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular