
Jokowi All Out Attack Selamatkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 July 2018 12:51

Jokowi boleh berupaya keras untuk menyelamatkan rupiah, all out attack, gung ho. Namun kalau situasi global tidak mendukung, sepertinya akan sangat sulit.
Pasalnya, dolar AS memang sedang sulit dijinakkan. Ada beberapa alasan penguatan dolar AS bisa bertahan sekian lama.
Pertama adalah selisih suku bunga. AS bisa dibilang satu-satunya negara maju yang sudah mengimplemetasikan kebijakan moneter ketat. Tahun ini, The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali.
Sementara Uni Eropa baru akan mengurangi stimulus moneter pada September dan mengakhirinya pada Desember. Kenaikan suku bunga acuan paling cepat dieksekusi pertengahan 2019.
Jepang lebih jauh lagi. Bank Sentral Jepang akan mengumumkan suku bunga acuan hari ini, dan pasar memperkirakan tetap bertahan di angka -0,1%. Bahkan BoJ berencana menjadikan stimulus moneter sebagai kebijakan yang berkelanjutan (sustain) untuk mendorong permintaan domestik.
Oleh karena itu, dolar AS menjadi sangat menarik karena ditopang oleh kenaikan suku bunga. Tidak heran greenback menjadi pilihan utama pelaku pasar.
Kedua adalah repatriasi perusahaan AS di luar negeri yang begitu besar. Pada kuartal I-2018, dana repatriasi ini mencapai sekitar US$ 300 miliar (Rp 4.323,42 triliun dengan kurs sekarang). Arus devisa ini tentu membuat fundamental greenback menjadi sangat kuat.
Ketiga adalah perdagangan. Betul bahwa hawa perang dagang yang memanas membuat aliran devisa AS turun. Namun AS bukanlah negara yang menggantungkan diri kepada ekspor.
Dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) AS, ekspor hanya berkontribusi sekitar 12%. Sementara di China, kontribusi ekspor mencapai 20%. Itu yang membuat Negeri Tirai Bambu mati-matian mempertahankan kinerja ekspor mereka, termasuk dengan 'melemahkan' nilai tukar yuan.
Oleh karena itu, perang dagang mungkin saja tidak akan banyak mempengaruhi kinerja perekonomian AS dalam jangka pendek. Dalam jangka menengah-panjang, sentimen ini baru berpengaruh karena berdampak kepada investasi.
Jokowi boleh all out attack. Namun pada akhirnya, dolar AS yang mendikte jalannya permainan...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Pasalnya, dolar AS memang sedang sulit dijinakkan. Ada beberapa alasan penguatan dolar AS bisa bertahan sekian lama.
Pertama adalah selisih suku bunga. AS bisa dibilang satu-satunya negara maju yang sudah mengimplemetasikan kebijakan moneter ketat. Tahun ini, The Federal Reserve/The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali.
Jepang lebih jauh lagi. Bank Sentral Jepang akan mengumumkan suku bunga acuan hari ini, dan pasar memperkirakan tetap bertahan di angka -0,1%. Bahkan BoJ berencana menjadikan stimulus moneter sebagai kebijakan yang berkelanjutan (sustain) untuk mendorong permintaan domestik.
Oleh karena itu, dolar AS menjadi sangat menarik karena ditopang oleh kenaikan suku bunga. Tidak heran greenback menjadi pilihan utama pelaku pasar.
Kedua adalah repatriasi perusahaan AS di luar negeri yang begitu besar. Pada kuartal I-2018, dana repatriasi ini mencapai sekitar US$ 300 miliar (Rp 4.323,42 triliun dengan kurs sekarang). Arus devisa ini tentu membuat fundamental greenback menjadi sangat kuat.
Ketiga adalah perdagangan. Betul bahwa hawa perang dagang yang memanas membuat aliran devisa AS turun. Namun AS bukanlah negara yang menggantungkan diri kepada ekspor.
Dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) AS, ekspor hanya berkontribusi sekitar 12%. Sementara di China, kontribusi ekspor mencapai 20%. Itu yang membuat Negeri Tirai Bambu mati-matian mempertahankan kinerja ekspor mereka, termasuk dengan 'melemahkan' nilai tukar yuan.
Oleh karena itu, perang dagang mungkin saja tidak akan banyak mempengaruhi kinerja perekonomian AS dalam jangka pendek. Dalam jangka menengah-panjang, sentimen ini baru berpengaruh karena berdampak kepada investasi.
Jokowi boleh all out attack. Namun pada akhirnya, dolar AS yang mendikte jalannya permainan...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular