DMO Batu Bara Buat Rupiah Perkasa, Tapi Entah Besok Bagaimana

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 July 2018 16:47
DMO Batu Bara Buat Rupiah Perkasa, Tapi Entah Besok Bagaimana
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Berita pencabutan pewajiban pemenuhan pasokan domestik (Domestic Market Obligation/DMO) batu bara menjadi pelicin laju rupiah, meski belakangan ada perkembangan terbaru mengenai kabar tersebut. 

Pada Senin (30/7/2018), US$ 1 pada penutupan pasar spot berada di Rp 14.405. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Rupiah sudah menguat sejak pembukaan pasar, yaitu di 0,24%. Seiring perjalanan pasar, rupiah masih menguat tetapi semakin terbatas. 

Posisi terkuat rupiah pada perdagangan hari ini adalah di Rp 14.380/US$ yaitu kala pembukaan pasar. Sementara posisi terlemahnya di Rp 14.415/US$. 

DMO Batu Bara Buat Rupiah Perkasa, Tapi Entah Besok Bagaimana(Reuters)

Rupiah mampu melawan arus penguatan dolar AS yang terjadi di Asia. Dengan apresiasi 0,07%, rupiah jadi mata uang terbaik di Asia karena mata uang utama lainnya terjebak di zona merah. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 16:16 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang111,05-0,02
Yuan China6,82-0,18
Won Korea Selatan1.117,38-0,24
Dolar Taiwan30,60-0,11
Dolar Hong Kong7,85-0,01
Rupee India68,66-0,09
Riggit Malaysia4,06-0,05
Dolar Singapura1,36-0,03
Peso Filipina53,22-0,04
 
Investor memang tengah mengalihkan fokus ke AS. Pekan ini, tepatnya Kamis dini hari waktu Indonesia, The Federal Reserve/The Fed akan menggelar rapat bulanan untuk menentukan suku bunga acuan.

Pasar masih memperkirakan The Fed menahan suku bunga acuan di 1,75-2% dengan probabilitas 97% menurut CME Fedwatch. Namun, pasar ingin memantau arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Investor ingin mendapat kepastian apakah The Fed masih akan cenderung hawkish dengan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun. Dengan begitu, kenaikan suku bunga acuan menjadi empat kali sepanjang 2018, lebih banyak dibandingkan perkiraan pasar sebelumnya yaitu tiga kali. 

Perkembangan ini membuat dolar AS menjadi buruan pelaku pasar. Tingginya minat investor menjadi bahan bakar penguatan greenback di Asia. 

Namun rupiah relatif imun terhadap keganasan dolar AS. Sebab, ada sentimen domestik yang menopang penguatan rupiah yaitu kabar pencabutan DMO batu bara yang berhembus akhir pekan lalu. 

Pencabutan DMO akan membuat ekspor Indonesia meningkat sehingga aliran devisa lebih banyak masuk dan menopang fundamental rupiah. Ketika ditopang devisa ekspor, penguatan rupiah bisa lebih stabil ketimbang saat disokong aliran modal portofolio alias hot money

Selain itu, pencabutan DMO juga membuat aliran modal asing deras masuk ke pasar saham, terutama memburu saham-saham sektor pertambangan. Pada penutupan perdagangan hari ini, indeks sektor pertambangan menguat 2,72%, tertinggi di antara sektor-sektor lainnya. Penguatan saham pertambangan menjadi kontributor utama laju IHSG yang mencapai 0,65%. 

Saham pertambangan menjadi favorit karena pencabutan DMO akan meningkatkan ekspor emiten-emiten batu bara. Peningkatan ekspor akan membuat laba mereka tumbuh signifikan. Potensi kenaikan laba ini membuat saham pertambangan menjadi seksi di mata investor. 

Oleh karena itu, rupiah patut berterima kasih kepada kabar pembatalan DMO batu bara. Sebab, sentimen ini terbukti ampuh menahan rupiah di teritori positif di tengah gelombang keperkasaan greenback di Benua Kuning. 


Namun, entah apakah berita ini masih mampu membuat rupiah menguat pada esok hari. Pasalnya, ada perkembangan terbaru yang mungkin agak mengecewakan. 

Pertama adalah kemungkinan DMO batu bara bukan dicabut, tetapi dikurangi kadarnya. Selama ini, kewajiban pemenuhan pasokan dalam negeri adalah rata-rata 25% dari total produksi. Rosan Roslani, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, yang ikut dalam rapat pembahasan mengungkapkan bahwa ke depan bisa saja opsi yang dipilih adalah mengurangi DMO menjadi kurang dari 25%.


Kedua adalah kebijakan DMO (apapun yang dipilih) kemungkinan baru berlaku tahun depan, bukan sekarang atau dalam waktu dekat. Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman, menyebutkan kebijakan ini butuh pembahasan mendalam. 

"Jadi, kita mau lihat peluang berapa besar uang yang bisa kita dapat dari sini karena kita butuh ekspor. Ini kita lagi hitung. Kalaupun jadi, paling tahun depan baru bisa karena butuh sosialisasi, aturan-aturan. Kita hitung dulu, berapa banyak dampaknya pada penerimaan negara," papar Luhut. 


Kebijakan DMO batu bara yang masih samar-samar sepertinya membuat investor pikir-pikir untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Jika sampai arus modal yang masuk berkurang, maka rupiah pada perdagangan besok kemungkinan sulit melanjutkan pencapaian hari ini. Apalagi dolar AS sedang seksi jelang pertemuan The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular