
Ada Pencabutan DMO, IHSG Menguat Hampir Sendirian di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 July 2018 10:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali awal pekan dengan positif yakni menguat 0,29% ke level 6.006,6. Lantas, IHSG hampir menjadi satu-satunya bursa saham yang mampu bergerak ke zona hijau di kawasan Asia, disamping indeks Shanghai (+0,08%) dan indeks SET Thailand (+0,7%).
Sementar itu,, indeks Nikkei melemah 0,55%, indeks Hang Seng melemah 0,52%, indeks Strait Times melemah 0,42%, indeks Kospi melemah 0,04%, dan indeks KLCI (Malaysia) melemah 0,02%.
Laju IHSG tertolong oleh pencabutan Domestic Market Obligation (DMO). Kewajiban DMO sebelumnya mengatur tiap-tiap produsen batu bara untuk mengalokasikan 25% dari produksinya untuk dijual kepada PLN dengan harga yang sudah di atur sebelumnya.
Nantinya, kebijakan DMO akan digantikan dengan skema ekspor yang serupa dengan kelapa sawit yakni dikenakan tarif. Tarif tersebut akan difungsikan sebagai cadangan dana untuk mensubsidi PLN.
Seiring dengan pencabutan DMO, saham-saham emiten batu bara melesat naik seperti PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+6,87%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+2,41%), PT Indika Energy Tbk/INDY (+6,52%), dan PT Harum Energy Tbk/HRUM (+5,26%).
Sektor pertambangan pun menguat hingga 1,86%, menjadikannya kontirbutor utama bagi penguatan IHSG.
Penghapusan DMO memang sebelumnya kami proyeksi akan berdampak positif bagi emiten-emiten batu bara. Pasalnya, para emiten jadi bisa menikmati harga batu bara dengan standar internasional yang saat ini sedang tinggi-tingginya. Sepanjang tahun 2018 (sampai dengan penutupan perdagangan hari Jumat, 27/7/2018), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan Juli telah menguat hingga 18,95% (dari US$ 100,8/metrik ton menjadi US$ 119,9/metrik ton).
Apalagi, prospek harga batu bara masih cukup menarik, disokong oleh menguatnya permintaan dari China. Pada musim semi yang baru saja berakhir, suhu udara ternyata lebih panas dari biasanya.
Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang berlangsung pada bulan Juli-Agustus tentunya akan memberikan temperatur yang amat panas di Negeri Tirai Bambu. Permintaan batu bara, khususnya untuk pembangkit listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya.
Di sisi lain, tekanan bagi bursa saham Benua Kuning datang dari kuatnya angka pertumbuhan ekonomi AS. Pada hari Jumat lalu, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 diumumkan di level 4,1% QoQ (annualized), dimana ini merupakan level tertinggi dalam nyaris 4 tahun.
Dalam konferensi pers yang digelar setelah data dirilis, Presiden Donald Trump bahkan dengan optimistis menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi kedepannya.
"Kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi," papar presiden AS ke-45 tersebut.
Ia kemudian menyebut bahwa AS sedang menuju level pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
"Seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang satu demi satu, kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka ini, dan angka-angka ini adalah angka yang baik," terang Trump.
Kencangnya laju perekonomian AS lantas membuat persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve pada tahun ini semakin mencuat. Investor di pasar saham pun dibuat tidak nyaman dengan kondisi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article DMO Dicabut, IHSG Kembali Ke Atas 6.000
Sementar itu,, indeks Nikkei melemah 0,55%, indeks Hang Seng melemah 0,52%, indeks Strait Times melemah 0,42%, indeks Kospi melemah 0,04%, dan indeks KLCI (Malaysia) melemah 0,02%.
Laju IHSG tertolong oleh pencabutan Domestic Market Obligation (DMO). Kewajiban DMO sebelumnya mengatur tiap-tiap produsen batu bara untuk mengalokasikan 25% dari produksinya untuk dijual kepada PLN dengan harga yang sudah di atur sebelumnya.
Seiring dengan pencabutan DMO, saham-saham emiten batu bara melesat naik seperti PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+6,87%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+2,41%), PT Indika Energy Tbk/INDY (+6,52%), dan PT Harum Energy Tbk/HRUM (+5,26%).
Sektor pertambangan pun menguat hingga 1,86%, menjadikannya kontirbutor utama bagi penguatan IHSG.
Penghapusan DMO memang sebelumnya kami proyeksi akan berdampak positif bagi emiten-emiten batu bara. Pasalnya, para emiten jadi bisa menikmati harga batu bara dengan standar internasional yang saat ini sedang tinggi-tingginya. Sepanjang tahun 2018 (sampai dengan penutupan perdagangan hari Jumat, 27/7/2018), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan Juli telah menguat hingga 18,95% (dari US$ 100,8/metrik ton menjadi US$ 119,9/metrik ton).
Apalagi, prospek harga batu bara masih cukup menarik, disokong oleh menguatnya permintaan dari China. Pada musim semi yang baru saja berakhir, suhu udara ternyata lebih panas dari biasanya.
Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang berlangsung pada bulan Juli-Agustus tentunya akan memberikan temperatur yang amat panas di Negeri Tirai Bambu. Permintaan batu bara, khususnya untuk pembangkit listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya.
Di sisi lain, tekanan bagi bursa saham Benua Kuning datang dari kuatnya angka pertumbuhan ekonomi AS. Pada hari Jumat lalu, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 diumumkan di level 4,1% QoQ (annualized), dimana ini merupakan level tertinggi dalam nyaris 4 tahun.
Dalam konferensi pers yang digelar setelah data dirilis, Presiden Donald Trump bahkan dengan optimistis menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi kedepannya.
"Kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi," papar presiden AS ke-45 tersebut.
Ia kemudian menyebut bahwa AS sedang menuju level pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
"Seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang satu demi satu, kita akan mencapai level yang jauh lebih tinggi daripada angka-angka ini, dan angka-angka ini adalah angka yang baik," terang Trump.
Kencangnya laju perekonomian AS lantas membuat persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve pada tahun ini semakin mencuat. Investor di pasar saham pun dibuat tidak nyaman dengan kondisi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article DMO Dicabut, IHSG Kembali Ke Atas 6.000
Most Popular