
Meski Menguat di Kurs Acuan, Dolar AS Belum Tembus Rp 14.500
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 July 2018 10:48

Mengapa rupiah masih melemah?
Ada beberapa kemungkinan. Pertama, ada potensi ambil untung karena rupiah sudah menguat cukup lumayan. Sejak awal pekan, rupiah menguat 0,21%. Meski tipis, tetapi tren penguatan rupiah benar-benar dimanfaatkan jika sudah terjadi.
Kedua, investor sepertinya sedang wait and see untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Hal ini kemungkinan karena pelaku pasar ingin melihat realisasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menyelamatkan rupiah.
BI sudah cukup agresif menaikkan suku bunga acuan 100 basis poin dalam 3 bulan untuk memancing aliran modal asing agar rupiah punya pijakan untuk menguat. Sementara pemerintah berencana menunda proyek-proyek infrastruktur non-prioritas. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi beban impor yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah.
Namun, saham-saham infrastruktur dan industri terkaitnya seperti baja dan semen bisa terpengaruh dengan rencana ini. Permintaan akan turun sehingga laba akan tergerus. Bukan berita baik bagi investor.
Selain itu, berkurangnya proyek infrastruktur pemerintah juga bisa menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Hal itu tentu menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar, dan bisa memunculkan respons berlebihan.
Melihat perkembangan ini, tampaknya pasar memilih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hasilnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 10:37 WIB mendatar saja dengan penguatan tipis 0,2%. Sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah 10 tahun turun tipis 1 basis poin. Ini bisa menjadi pertanda aktivitas di pasar kurang semarak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ada beberapa kemungkinan. Pertama, ada potensi ambil untung karena rupiah sudah menguat cukup lumayan. Sejak awal pekan, rupiah menguat 0,21%. Meski tipis, tetapi tren penguatan rupiah benar-benar dimanfaatkan jika sudah terjadi.
Kedua, investor sepertinya sedang wait and see untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Hal ini kemungkinan karena pelaku pasar ingin melihat realisasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menyelamatkan rupiah.
Namun, saham-saham infrastruktur dan industri terkaitnya seperti baja dan semen bisa terpengaruh dengan rencana ini. Permintaan akan turun sehingga laba akan tergerus. Bukan berita baik bagi investor.
Selain itu, berkurangnya proyek infrastruktur pemerintah juga bisa menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Hal itu tentu menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar, dan bisa memunculkan respons berlebihan.
Melihat perkembangan ini, tampaknya pasar memilih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hasilnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 10:37 WIB mendatar saja dengan penguatan tipis 0,2%. Sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah 10 tahun turun tipis 1 basis poin. Ini bisa menjadi pertanda aktivitas di pasar kurang semarak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular