Tiga Hari Berturut-Turut Reli, Harga Minyak Melandai

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 July 2018 09:50
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman September 2018 turun 0,36% ke US$74,27/barel.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman September 2018 turun 0,36% ke US$74,27/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak September 2018 terkoreksi 0,17% ke US$69,49 pada perdagangan hari ini Jumat (26/07/2018) hingga pukul 09.00 WIB.

Harga sang emas hitam mulai melandai, pasca tiga hari sebelumnya berturut-turut ditutup di zona hijau. Hingga perdagangan kemarin, harga brent yang menjadi acuan di Eropa bahkan sudah menguat hingga 2% sejak awal pekan ini. Pelaku pasar pun tergoda untuk merealisasikan keuntungannya, dan menekan pergerakan harga minyak hari ini.

Tiga Hari Berturut-Turut Reli, Harga Minyak MelandaiFoto: CNBC Indonesia

Sejatinya, sejumlah sentimen positif memang masih berpotensi menyokong harga komoditas energi utama di dunia ini.

Teranyar, penurunan tensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-Eropa yang dapat meningkatkan arus perdagangan dan tentunya pertumbuhan ekonomi. Usai melakukan pertemuan kemarin, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker sepakat untuk menurunkan hambatan tarif dan non-tarif di bidang perdagangan.

"Kami sepakat bekerja bersama untuk menuju tarif nol, tidak adanya non-tariff barrier, dan tidak ada subsidi bagi produk-produk non otomotif. Kami juga akan meningkatkan perdagangan di bidang jasa, farmasi, produk-produk kesehatan, juga kedelai," ungkap Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Percepatan laju pertumbuhan ekonomi akibat mesranya perdagangan AS-Eropa tentunya membutuhkan lebih banyak energi. Semakin banyak permintaan, maka akan mengerek harga minyak ke atas.

Kemudian, faktor lainnya yang menyokong harga minyak adalah penurunan cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS). US Energy Information Administration (EIA) menyebutkan cadangan minyak AS pekan lalu turun 6,1 juta barel menjadi 404,9 juta barel, jauh lebih besar dari analis yang memperkirakan penurunan sebesar 2,3 juta barel. Cadangan minyak mentah AS pekan lalu lantas menyentuh titik terendah sejak Februari 2015.

Sementara, cadangan Bahan Bakar Minyak (BBM) AS anjlok sebesar 2,3 juta barel, turun lebih besar dari konsensus Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 713.000 barel.

Terakhir, Arab Saudi, salah satu eksportir minyak terbesar di dunia, menunda pengiriman melalui Selat Bab El-Mandeb. Penyebabnya adalah telah terjadi serangan terhadap dua kapal pengangkut minyak dari Arab Saudi yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi.

"Arab Saudi menghentikan pengiriman minyak melalui Selat Bab El-Mandeb untuk sementara, hingga situasinya jelas, dan transit melalui Bal El-Mandeb sudah aman," ucap Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih.

Diperkirakan minyak mentah dan produk minyak sebanyak 4,8 juta barel per hari dikirimkan melalui perairan Bab El-Mandeb pada tahun 2016, dengan tujuan Eropa, AS, dan Asia, menurut laporan dari EIA.

Sebagai informasi, Negeri Padang Pasir dan sekutunya Sunni Muslim telah berperang di Yaman selama 3 tahun terakhir, melawan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran. Kelompok Houthi kini menguasai sebagian besar wilayah Yaman Utara, termasuk ibu kota Sanaa, pasca menyingkirkan pemerintahan Yaman (yang didukung Arab Saudi) tahun 2014.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(roy/roy) Next Article AS di Ambang Resesi, Harga Minyak Amblas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular