China Batasi Ekspansi Perusahaan AS, Bursa Saham Asia Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 July 2018 16:54
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Bobby Yip/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,12%, indeks Shanghai turun 0,71%, dan indeks Hang Seng turun 0,48%. Sementara itu, indeks Strait Times dan Kospi ditutup menguat masing-masing sebesar 0,05% dan 0,71%.

Isu perang investasi terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan di Asia ketimbang positifnya hasil pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker terkait hal perdagangan.

Perusahaan produsen semikondutor asal AS Qualcomm kemungkinan gagal untuk mengakuisisi NXP Semiconductors, seiring dengan pemerintah China yang tak memberikan izin.

Qualcomm memerlukan persetujuan dari 9 regulator di berbagai negara, termasuk China, untuk bisa mengakuisisi NXP. Persetujuan pihak China dibutuhkan lantaran China berkontribusi sebesar hampir dua pertiga dari pendapatan Qualcomm tahun lalu.

Sebelumnya, Qualcomm mengatakan bahwa pihaknya akan menarik tawaran akuisisi senilai US$ 44 miliar bagi NXP kecuali mendapatkan izin pada menit-menit akhir. Tenggat waktu bagi Qualcomm untuk mengakuisisi NXP adalah pada tengah malam hari Rabu (25/7/2018) waktu AS, dimana batas waktu tersebut sudah dilewati tanpa ada penerbitan izin oleh pemerintah China.

Jika terjadi, akuisisi ini sejatinya akan menjadi akuisisi perusahaan semikonduktor terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah. Kini, Qualcomm justru akan membayar sebesar US$ 2 miliar kepada NXP karena gagalnya akuisisi. Pembayaran akan dilakukan tak lewat dari 26 Juli pukul 09:00 ET.

Tak hanya Qualcomm, langkah ekspansi Facebook juga diganjal oleh pemerintah China. Negara pimpinan Xi Jinping tersebut telah menarik persetujuan bagi Facebook untuk mendirikan anak usaha di Zhejiang, seperti dilaporkan oleh New York Times pada hari Rabu, dikutip dari Reuters.

Data dari pemerintah China menunjukkan bahwa sebelumnya Facebook telah mendapat persetujuan untuk menjalankan rencananya tersebut. Namun, berdasarkan penelusuran oleh Reuters, data mengenai persetujuan tersebut kini telah hilang.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular