BI Proyeksikan CAD Membengkak, Laju IHSG Tertahan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 July 2018 16:44
IHSG menguat tipis 0,04% ke level 5.933,89 pada perdagangan hari ini.
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,04% ke level 5.933,89 pada perdagangan hari ini. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham lainnya di kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Hang Seng naik 0,9%, indeks Nikkei naik 0,46%, indeks Strait Times naik 1%, indeks SET (Thailand) naik 0,85%, dan indeks KLCI (Malaysia) naik 0,11%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,75 triliun dengan volume sebanyak 10,67 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 414.903 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi penguatan IHSG diantaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+3,38%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+5,02%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+4,19%), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+4,44%), dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk/SRTG (+20,64%).

Sempat menguat hingga ke level 5.947,5 (+0,26% dibandingkan penutupan kemarin, 24/7/2018), kekhawatiran mengenai membengkaknya defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) terbukti membuat IHSG tak bisa menguat banyak-banyak.

Bank Indonesia (BI) memprediksi CAD akan mencapai US$ 25 miliar atau bahkan lebih sepanjang tahun 2018, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar US$ 17,3 miliar.

"Current account deficit (CAD) full year mungkin US$ 25 miliar atau lebih," ungkap Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (25/7/2017).

Membengkaknya CAD sangat mungkin membuat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan rupiah menjadi tertekan. Hal tersebut lantas membuat investor bermain agak defensif sehingga laju IHSG menjadi tertahan.

Di sisi lain, sejatinya begitu banyak sentimen positif yang mewarnai perdagangan IHSG, seperti positifnya kinerja Wall Street pada dini hari tadi: indeks Dow Jones naik 0,79%, indeks S&P 500 naik 0,48%, dan Nasdaq naik 0,47%.

Penyebab utama penguatan Wall Street adalah kinerja emiten yang solid. Saham Alphabet Inc, perusahaan induk dari Google, melonjak hingga 3,89% dan menjadi motor utama bagi penguatan Wall Street.

Pada kuartal II-2018, laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Alphabet mencapai US$ 10,58, di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar US$ 9,52. Pendapatan yang mencapai US$ 32,66 miliar pun berada di atas konsensus yang memperkirakan di angka US$ 32,17 miliar.

Positifnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam mengindikasikan bahwa perang dagang yang dimulai oleh Presiden Donald Trump dengan negara-negara mitra dagangnya belum berdampak signifikan kepada sektor riil.

Berbicara mengenai perang dagang, perkembangannya juga terbilang cukup positif. Walaupun pemerintahan AS masih bersikeras untuk menerapkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor dari berbagai negara, mereka juga menyiapkan kompensasi guna memitigasi dampak negatif yang akan timbul.

Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan bahwa pemerintah AS berencana untuk memberikan bantuan hingga US$ 12 miliar kepada para petani dan peternak di AS yang terdampak oleh perang dagang, seperti dikutip dari Reuters.

Paket bantuan ini dimaksudkan guna mendukung para petani dan peternak dalam jangka pendek sembari AS dan China melakukan negosiasi terkait masalah-masalah di bidang perdagangan.

Sebagai catatan, produk-produk agrikultur AS seperti kedelai, produk susu, dan daging memang menjadi sasaran dari negara-negara yang tak senang dengan kebijakan dagang AS.

"Ini merupakan solusi jangka pendek yang akan memberikan Presiden Trump waktu untuk mengusahakan kebijakan perdagangan jangka panjang," papar Perdue.

Kebijakan ini lantas semakin meyakinkan investor bahwa setidaknya untuk saat ini dan beberapa waktu ke depan, perang dagang belum akan mempengaruhi perekonomian AS secara signifikan.

Kemudian, sentimen positif juga datang dari janji pemerintah China untuk menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut termasuk relaksasi perpajakan dan peningkatan penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah.

Sebelumnya, bank sentral China yakni People Bank of China (PBoC) secara mengejutkan menyuntikkan uang tunai senilai 502 miliar yuan atau setara US$ 74 miliar (Rp 1.058,2 triliun) ke sistem perbankan pada hari Senin (23/7/2018) dalam bentuk pinjaman kepada bank-bank komersial.

Suntikan ini merupakan yang terbesar yang pernah digelontorkan ke pasar dalam bentuk lending facility jangka menengah. Instrumen moneter ini dibuat pada 2014 dengan jangka waktu 3-12 bulan.

Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif, likuiditas akan berlimpah sehingga laju perekonomian China diharapkan bisa dipertahankan di level yang relatif tinggi.

Aksi beli investor asing yang cukup deras dengan nilai bersih sebesar Rp 96 miliar membantu IHSG untuk ditutup di zona hijau. Aksi beli investor asing terjadi seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat hingga 0,48% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.455.

5 besar saham yang diburu investor asing diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 125,5 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 52,4 miliar), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 50 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 48,5 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 39 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article CAD 2018 Melebar, Apa yang Terjadi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular