Analisis Teknikal

RI Wajibkan Campuran CPO di Solar, Saham LSIP Dalam Tren Naik

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
23 July 2018 09:08
Kebijakan bauran sawit dalam solar sebesar 20% untuk kendaraan disel bakal menjadi katalis positif bagi saham LSIP.
Foto: IST
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pemerintah mewajibkan bauran minyak sawit dalam solar sebesar 20% untuk kendaraan disel di berbagai wilayah Indonesia bakal menjadi katalis positif bagi saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum.

Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, implementasi kebijakan ini secara penuh bisa menghemat devisa yang per tahunnya tersedor hingga US$ 5,5 miliar ini untuk mengimpor solar. Kebutuhan impor solar saat ini mencapai US$21 juta per hari.

Kebijakan tersebut berpeluang dimonetisasikan oleh salah satu emiten yang bergerak di industri kelapa sawit yakni Lonsum yang sahamnya memiiki kapitalisasi pasar cukup besar.  

Secara tahun berjalan (year to date), saham LSIP masih terkoreksi sebesar 25,56% atau lebih parah dibandingkan dengan penurunan sektor agrikultur di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hanya terkoreksi 9,7%.

Bagaimana pergerakan LSIP beberapa pekan mendatang dilihat dari kaca mata analisis secara teknikal? Tim riset CNBC Indonesia merangkumnya untuk anda:
Saham LSIP Mulai Mengawali Tren PenguatanSumber: Reuters
Secara bulanan, LSIP masih dalam tren menurun (downtrend) tetapi terlihat sudah melandai dan berpeluang mengawali kenaikan. Adapun titik penghalang terdekat (resistance 1) berada di level 1.070, yang jika tertembus maka bisa melaju ke level penghalang selanjutnya di 1.250.

Pada perdagangan Jumat (20/7/2018) saham LSIP ditutup pada level harga Rp 990 per unit atau naik 20 poin (2,06%) dengan membentuk grafik pola palu (hammer). Ini mengindikasikan adanya peluang pembalikan arah meski bersifat sedang.

Mengacu pada indikator teknikal secara jangka pendek LSIP cenderung menguat. Saham LSIP bergerak di atas rerata pergerakan (moving average) lima, sepuluh dan dua puluh harinya (MA-5, MA-10 dan MA-20) yang dalam jangka pendek menggambarkan upaya keluar dari tekanan.

Berdasarkan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), saham tersebut mulai membuka peluang penguatan dengan posisi persilangan emas (golden cross).

Meski demikian, indikator teknikal berdasarkan stochastic slow menunjukkan bahwa LSIP telah keluar dari area level jenuh belinya (overbought) dan berada pada posisi area netral.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/roy) Next Article London Sumatra Sebar Dividen Rp 307 M & Ganti Direksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular