
SBI 9 Bulan Diaktifkan, Bank Bakal Malas Salurkan Kredit?
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
19 July 2018 18:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengefektifan instrumen sertifikat Bank Indonesia (SBI) dinilai bisa memancing bank untuk menempatkan dananya di instrumen tersebut. Akibatnya, pertumbuhan kredit bisa terganggu.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menjelaskan, secara umum pengefektifan SBI 9 bulan bisa menjadi amunisi tambahan bagi BI untuk menjaga nilai tukar rupiah. Namun apabila dilihat dampaknya ke arus modal akan sangat bergantung pada suku bunganya.
"Tapi pastinya akan membuat instrumen ini bisa 'bekerja' di pasar sehingga pasti akan dipatok di harga yang menarik bagi pasar," ujar Eko kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/7/2018).
Lebih lanjut, apabila melihat fungsinya di pasar uang, instrumen ini adalah penjaga stabilitas nilai tukar. Namun memang untuk menjaga ketercukupannya membutuhkan masuknya dana asing.
Bahkan, kadang investor domestik pun bisa mengalihkan dana ke luar negeri jika situasi pasar tidak menarik. "Ini lebih tepatnya pro stabilitas," ungkap dia.
Namun demikian, kebijakan ini memiliki konsekuensi. Menurut dia, bank akan semakin enggan menyalurkan kredit. "Dan lebih memilih menaruh di SBI," kata dia.
Pendapat lain, pengefektifan instrumen SBI bisa membuat bank memiliki instrumen baru untuk menempatkan likuiditas. Instrumen ini juga bisa menjadi benchmark dari instrumen investasi 9 bulan.
"Seiring dengan perkembangan likuiditas rupiah, bank tentunya membutuhkan instrumen investasi baru," ujar Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi di Plaza Mandiri, Kamis (19/7/2018).
Selain itu, bank juga membutuhkan patokan (benchmark) untuk instrumen dengan tenor 9 bulan. Sejauh ini instrumen yang bisa dijadikan patokan baru Term Repo BI tenor 9 bulan.
Senada dengan Darmawan, Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Iman Nugroho Soeko menjelaskan pilihan investasi perbankan jadi lebih beragam.
"Bagus karena menambah pilihan investasi untuk tenor menjadi lebih bervariasi," ucap dia.
(dru) Next Article Waspadai Ketidakpastian, Bunga Acuan BI 7-Day RR Tetap di 4%
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menjelaskan, secara umum pengefektifan SBI 9 bulan bisa menjadi amunisi tambahan bagi BI untuk menjaga nilai tukar rupiah. Namun apabila dilihat dampaknya ke arus modal akan sangat bergantung pada suku bunganya.
"Tapi pastinya akan membuat instrumen ini bisa 'bekerja' di pasar sehingga pasti akan dipatok di harga yang menarik bagi pasar," ujar Eko kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/7/2018).
Bahkan, kadang investor domestik pun bisa mengalihkan dana ke luar negeri jika situasi pasar tidak menarik. "Ini lebih tepatnya pro stabilitas," ungkap dia.
Namun demikian, kebijakan ini memiliki konsekuensi. Menurut dia, bank akan semakin enggan menyalurkan kredit. "Dan lebih memilih menaruh di SBI," kata dia.
Pendapat lain, pengefektifan instrumen SBI bisa membuat bank memiliki instrumen baru untuk menempatkan likuiditas. Instrumen ini juga bisa menjadi benchmark dari instrumen investasi 9 bulan.
"Seiring dengan perkembangan likuiditas rupiah, bank tentunya membutuhkan instrumen investasi baru," ujar Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi di Plaza Mandiri, Kamis (19/7/2018).
Selain itu, bank juga membutuhkan patokan (benchmark) untuk instrumen dengan tenor 9 bulan. Sejauh ini instrumen yang bisa dijadikan patokan baru Term Repo BI tenor 9 bulan.
Senada dengan Darmawan, Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Iman Nugroho Soeko menjelaskan pilihan investasi perbankan jadi lebih beragam.
"Bagus karena menambah pilihan investasi untuk tenor menjadi lebih bervariasi," ucap dia.
(dru) Next Article Waspadai Ketidakpastian, Bunga Acuan BI 7-Day RR Tetap di 4%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular