BI Ingin Undang (Lagi) Dana Asing, Apa Untungnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 July 2018 17:50
Risiko Besar Modal Asing
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Sementara dari kacamata kedua, langkah mengundang arus modal asing semaksimal mungkin bisa menimbulkan risiko besar. Rupiah menjadi rentan berfluktuasi dengan tajam bila uang panas ini meninggalkan Indonesia. 

Saat ini, investor asing sudah menjadi 'pemain inti' di pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN). Per 17 Juli 2018, porsi kepemilikan asing di SBN mencapai 37,96%. Ini merupakan yang tertinggi di antara kelompok investor lainnya. 

Sementara di pasar saham, sekitar 40% aktivitas perdagangan dilakukan oleh investor asing. Jika SBI jadi diaktifkan kembali dan dana asing semakin deras masuk, maka peranan investor asing menjadi kian dominan. 

Pergerakan rupiah menjadi seakan didikte oleh investor asing. Mereka bukanlah investor yang setia, tetapi bisa datang dan pergi sesuka hati. Artinya, rupiah menjadi rentan berfluktuasi cukup tajam. 

Untuk menjaga rupiah, BI harus menguras cadangan devisa. Jika cadangan devisa terus berkurang, maka Indonesia dinilai semakin rentan menghadapi gejolak eksternal. Dana-dana asing itu pun kabur, dan cadangan devisa kembali terpakai untuk stabilisasi. Begitu seterusnya. 

Agar dana asing tidak kabur, BI dan pemerintah harus terus menjaga stabilitas ekonomi domestik. Namun walau sudah kerja keras menjaga perekonomian dalam negeri, jika terjadi 'huru-hara' yang berasal dari eksternal maka dana asing ini akan kabur juga. Kerja keras BI dan pemerintah pun menjadi sia-sia. 

Oleh karena itu, BI memang dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Memilih mengundang dana asing maupun membatasinya sama-sama mengandung risiko besar. Namun untuk saat ini, sepertinya Indonesia memang tidak punya pilihan selain mengundang arus modal asing jika memang tujuannya menjaga stabilitas rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular