Ini Efek Samping Obat BI dan Pemerintah untuk Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 July 2018 15:44
Kebijakan Pemerintah Bisa Perlambat Investasi
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Bukan cuma obat dari BI yang menimbulkan efek samping, kebijakan pemerintah pun demikian. Obat dari pemerintah untuk mengurangi tekanan kepada rupiah adalah mengurangi impor yang tidak perlu, termasuk untuk barang modal dan bahan baku. 

Indonesia punya 'penyakit' yang belum sembuh sampai saat ini yaitu lonjakan impor kala ekonomi membaik. Tahun ini, BI memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 5,1-5,5%. Lebih baik ketimbang pencapaian 2017 yang sebesar 5,06%. 

Ini menyebabkan impor melesat karena industri dalam negeri belum mampu menyediakan kebutuhan yang meningkat, khususnya untuk bahan baku dan barang modal. Sepanjang Januari-Juni 2018, pertumbuhan impor bahan baku mencapai 21,54% YoY sementara impor barang modal tumbuh 31,84%. Jauh lebih cepat ketimbang Januari-Juni 2017, di mana impor bahan baku tumbuh 2,06% dan barang modal tumbuh 11,26%.

Derasnya rupiah yang dilepas untuk membiayai impor membuat rupiah semakin tertekan. Devisa di dalam negeri pun terkuras. Sejak akhir 2017, cadangan devisa Indonesia berkurang hingga US$ 10,4 miliar. 

Ini merupakan latar belakang rencana pemerintah untuk mengurangi impor. Namun kebijakan ini pun punya dampak negatif. 

Untuk saat ini, mau tidak mau dan suka tidak suka investasi di sektor riil masih mengandalkan pasokan bahan baku dan barang modal. Tanpa pasokan yang memadai, maka sama saja dengan mengerem laju investasi. 

Padahal, investasi memegang peranan penting dalam pembentukan PDB dengan kontribusi di kisaran 30%. Bila komponen ini melambat, maka dampaknya akan sangat signifikan. 

Apa yang ditempuh BI dan pemerintah mirip dengan kejadian 2014. Kala itu, Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui bahwa pemerintah dan BI satu suara untuk menjaga nilai tukar rupiah dan fundamental ekonomi karena tekanan besar di transaksi berjalan (current account). 

"Jangan berharap 2014 punya growth di atas 6%. By design kita mau 5,5-6%. Kalau lebih dari itu, berarti kita gagal," katanya saat itu.  

Hasilnya adalah ekonomi Indonesia pada 2015 tumbuh 5,02%. Melambat cukup signifikan sebandingkan tahun sebelumnya yaitu 5,58%.

Untuk saat ini, prioritas BI dan pemerintah adalah menjaga rupiah. Itu dilakukan dengan berbagai kebijakan, yang dampaknya bisa ke perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kejadian 2014 bisa saja terulang kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular