
Sentimen Perang Dagang Agak Reda, IHSG Naik 0,36%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 July 2018 12:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,36% untuk mengakhiri sesi 1 ke ke level 5.914,81. Penguatan IHSG senada dengan bursa saham kawasan Asia lainnya yang juga diperdagangkan menguat: indeks Nikkei menguat 1,29%, indeks Strait Times menguat 0,1%, indeks Kospi menguat 0,73%, indeks Hang Seng menguat 0,71%, indeks Shanghai menguat 1,9%, indeks SET (Thailand) menguat 0,32%, dan indeks KLCI (Malaysia) menguat 0,44%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,28 triliun dengan volume sebanyak 4,45 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 209.769 kali.
Ada beberapa faktor yang membuat bursa saham Benua Kuning, termasuk IHSG, kompak ditransaksikan di zona hijau. Pertama, risiko perang dagang yang agak reda, seiring dengan adanya pesimisme bahwa tarif terbaru yang diumumkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap China bisa diterapkan.
Pasalnya, kebijakan tersebut harus disetujui oleh parlemen dan perkembangannya sejauh ini tak baik bagi Presiden Donald Trump. Ketidaksetujuan mengenai kebijakan ini datang dari anggota parlemen AS yang terafiliasi dengan partai Republik, partai yang mengusung Trump dalam pemilihan presiden pada 2016 silam.
"Pengumuman pemerintah sepertinya sangat gegabah. Lagi pula, sepertinya ini bukan pendekatan yang fokus," ujar Orrin Hatch, Ketua Komite Keuangan Senat AS dari Partai Republik, dikutip dari Reuters.
"China memang menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil. Namun saya rasa bea masuk bukan jalan keluarnya," kata Ketua Kongres AS Paul Ryan yang juga dari Partai Republik.
Jika partai Republik saja menentang kebijakan Trump, partai Demokrat tentu akan lebih ogah lagi dalam memberikan restunya. Bisa jadi, rencana pengenaan bea masuk tersebut pada akhirnya hanya menjadi rencana semata.
Kemudian, data ekonomi yang positif kini berhasil ditransmisikan dengan baik di bursa saham Benua Kuning. Di Jepang, pemesanan mesin oleh sektor swasta periode Mei naik hingga 16,5% YoY, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 8,6% YoY saja. Di Korea Selatan, tingkat pengangguran per bulan Juni diumumkan di level 3,7%, turun drastis dari posisi bulan Mei yang sebesar 4%. Kedua data tersebut diumumkan kemarin (11/7/2018).
Namun, sentimen perang dagang antara AS dengan China terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan kemarin. Kini, barulah pelaku pasar melakukan price-in atas positifnya data-data ekonomi tersebut, kala sentimen perang dagang sudah agak reda.
Dari dalam negeri, sentimen positif bagi IHSG datang dari rilis data penjualan barang-barang ritel. Untuk periode Mei, Bank Indonesia (BI) mencatat indeks penjualan riil tumbuh hingga 8,3% YoY, jauh mengungguli capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,3% YoY. Lebih lanjut, angka sementara untuk periode Juni diumumkan di level 6,8% YoY, mengungguli capaian periode Juni 2017 yang sebesar 6,3% YoY.
Data ini lantas mengonfirmasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat. Sebelumnya, perbaikan konsumsi masyarakat ditunjukkan oleh derasnya impor barang konsumsi periode Mei dan inflasi bulan lalu yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Walaupun belum direspon positif oleh sektor barang konsumsi (-0,38%), sektor lainnya yang berkaitan erat dengan konsumsi masyarakat yakni jasa keuangan sudah menunjukkan respon yang positif; sektor jasa keuangan naik 0,66%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang diburu oleh investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,35%), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk/BTPN (+2,94%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,39%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk/AGRO (+5,92%).
(ank/ank) Next Article Terimbas Perang Dagang, IHSG Dibuka Turun 0,66%
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,28 triliun dengan volume sebanyak 4,45 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 209.769 kali.
Ada beberapa faktor yang membuat bursa saham Benua Kuning, termasuk IHSG, kompak ditransaksikan di zona hijau. Pertama, risiko perang dagang yang agak reda, seiring dengan adanya pesimisme bahwa tarif terbaru yang diumumkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap China bisa diterapkan.
"Pengumuman pemerintah sepertinya sangat gegabah. Lagi pula, sepertinya ini bukan pendekatan yang fokus," ujar Orrin Hatch, Ketua Komite Keuangan Senat AS dari Partai Republik, dikutip dari Reuters.
"China memang menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil. Namun saya rasa bea masuk bukan jalan keluarnya," kata Ketua Kongres AS Paul Ryan yang juga dari Partai Republik.
Jika partai Republik saja menentang kebijakan Trump, partai Demokrat tentu akan lebih ogah lagi dalam memberikan restunya. Bisa jadi, rencana pengenaan bea masuk tersebut pada akhirnya hanya menjadi rencana semata.
Kemudian, data ekonomi yang positif kini berhasil ditransmisikan dengan baik di bursa saham Benua Kuning. Di Jepang, pemesanan mesin oleh sektor swasta periode Mei naik hingga 16,5% YoY, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 8,6% YoY saja. Di Korea Selatan, tingkat pengangguran per bulan Juni diumumkan di level 3,7%, turun drastis dari posisi bulan Mei yang sebesar 4%. Kedua data tersebut diumumkan kemarin (11/7/2018).
Namun, sentimen perang dagang antara AS dengan China terbukti lebih dominan dalam mendikte jalannya perdagangan kemarin. Kini, barulah pelaku pasar melakukan price-in atas positifnya data-data ekonomi tersebut, kala sentimen perang dagang sudah agak reda.
Dari dalam negeri, sentimen positif bagi IHSG datang dari rilis data penjualan barang-barang ritel. Untuk periode Mei, Bank Indonesia (BI) mencatat indeks penjualan riil tumbuh hingga 8,3% YoY, jauh mengungguli capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,3% YoY. Lebih lanjut, angka sementara untuk periode Juni diumumkan di level 6,8% YoY, mengungguli capaian periode Juni 2017 yang sebesar 6,3% YoY.
Data ini lantas mengonfirmasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat. Sebelumnya, perbaikan konsumsi masyarakat ditunjukkan oleh derasnya impor barang konsumsi periode Mei dan inflasi bulan lalu yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Walaupun belum direspon positif oleh sektor barang konsumsi (-0,38%), sektor lainnya yang berkaitan erat dengan konsumsi masyarakat yakni jasa keuangan sudah menunjukkan respon yang positif; sektor jasa keuangan naik 0,66%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang diburu oleh investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+2,35%), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk/BTPN (+2,94%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+0,39%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk/AGRO (+5,92%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Terimbas Perang Dagang, IHSG Dibuka Turun 0,66%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular