Angka Pengangguran Naik ke 4%: Dolar AS Melemah, Bursa Naik

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
06 July 2018 21:01
Lapangan kerja non-pertanian AS naik 213.00 pada Juni, lampaui konsensus (195.000). Namun, pengangguran lewati ekspektasi (3,8%) ke 4%.
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah menyambut data tingkat pengangguran AS yang naik melampaui ekspektasi pasar, sehingga mengaburkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate). Sementara, Wall Street dibuka bervariatif.

Lapangan kerja non-pertanian AS bertambah 213.000 pada bulan Juni, mampu mengungguli konsensus Reuters yang mengestimasikan pertumbuhan sebesar 195.000. Namun di sisi lain,tingkat pengangguran AS terkerek naik ke level 4%, jauh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan stabil di angka 3,8%.

Sementara itu, upah per jam rata-rata AS tercatat meningkat 2,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), juga di bawah konsensus yang memperkirakan peningkatan sebesar 2,8% YoY.

Merespons itu, bursa Wall Street dibuka cenderung bervariatif. Indeks Dow Jones melemah 34 poin ke 24.322,74, S&P500 juga turun 0,2 poin atau 0,01% ke 2.736,41. Sebaliknya, Nasdaq composite menguat 9,28 poin ke 7.595,71. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,5% menjadi 93,99 pada pukul 20.30 WIB.

Sebagai catatan, koreksi Wall Street masih lebih ringan dari kontrak futures sebelum data tersebut dirilis. Kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 76 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 5 dan 10 poin.

Laporan ini mengindikasikan pasar tenaga kerja AS yang belum sepenuhnya pulih dan masih membutuhkan kebijakan moneter akomodatif yang menggairahkan bursa saham.

Namun, dolar AS melemah karena muncul persepsi bahwa the Federal Reserve/The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali tahun ini. Di tengah perang dagang melawan China, tingkat suku bunga acuan rendah memang menjadi opsi terbaik bagi perekonomian AS.

Pada siang hari ini, AS telah resmi memberlakukan bea masuk baru bagi US$34 miliar produk asal China. Sebagai balasannya, China juga resmi mengenakan bea masuk baru bagi US$34 miliar produk asal AS.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk China lainnya senilai US$500 miliar jika Beijing meluncurkan aksi balasan. Kini, investor sedang dibuat harap-harap cemas menantikan apakah Trump benar-benar akan mengeksekusi ancaman tersebut.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(RHG/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular