
Harga Saham Anjlok, TOWR Siapkan Rp 25,5 M untuk Buyback
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
04 July 2018 11:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi Grup Djarum yaitu PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalokasikan dana Rp 25,5 miliar untuk pembelian kembali saham (buyback). Keterbukaan informasi emiten menunjukkan rencana itu akan diajukan kepada pemegang saham dalam RUPSLB yang diagendakan pada 10 Agustus 2018.
Jika niat itu diluluskan pemegang saham, TOWR memiliki rentang waktu sejak Agustus hingga Februari 2020 untuk memanfaatkan dana jika dinilai perlu melakukan buyback.
Buyback biasanya dilakukan perusahaan yang sedang menghadapi penurunan harga saham di pasar sekunder.
Pembelian kembali saham itu lumrah disebabkan perusahaan menilai penurunan harga saham sudah tidak rasional dan tidak mencerminkan kondisi fundamental dari perusahaan tesebut.
Aksi korporasi itu juga bertujuan memberikan keyakinan kepada investor yang memiliki saham emiten terhadap kinerja fundamental perusahaan.
Saat ini saham berkode TOWR berada di level Rp 575, naik Rp 5 (satu poin, 0,88%) dari penutupan kemarin.
Perseroan baru melaksanakan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5 dan membagikan dividen Rp 1,2 triliun dari kinerja laba 2017.
Harga saham terakhir emiten membuat kapitalisasi pasarnya Rp 29,33 triliun. Secara year to date harga saham perseroan sudah turun dalam dari level Rp 800/saham atau turun sekitar 28%.
Sebelumnya, anak usaha Sarana Menara Nusantara, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), baru saja menyelesaikan akusisi perusahaan penyedia menara telekomunikasi PT Komet Infra Nusantara (KIN). Nilai transaksi ini menjadi Rp 1,4 trilun yang seluruhnya dibayarkan dengan dana kas internal perusahaan.
Paska akuisisi ini Protelindo secara total memiliki 16.401 menara dengan 27.278 tenan dan menguasai 19% market share perusahaan menara Indonesia, mengalahkan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG).
Vice President and Senior Analyst Moody's Investors Service Nidhi Dhruv mengatakan peningkatan proforma Protelindo akan tetap pada 2 kali-2,2 kal hingga 2019 mendatang meski perusahaan berencana untuk menambah utang bank guna menyelesaikan utang-utang KIN yang berkisar antara Rp 95 miliar-Rp 1 triliun. Nilai tersebut merupakan perbandingan antara utang per EBITDA.
(hps) Next Article Saham Turun Dalam, TOWR Alokasi Rp 1,5 T untuk Buyback
Jika niat itu diluluskan pemegang saham, TOWR memiliki rentang waktu sejak Agustus hingga Februari 2020 untuk memanfaatkan dana jika dinilai perlu melakukan buyback.
Buyback biasanya dilakukan perusahaan yang sedang menghadapi penurunan harga saham di pasar sekunder.
Aksi korporasi itu juga bertujuan memberikan keyakinan kepada investor yang memiliki saham emiten terhadap kinerja fundamental perusahaan.
Saat ini saham berkode TOWR berada di level Rp 575, naik Rp 5 (satu poin, 0,88%) dari penutupan kemarin.
Perseroan baru melaksanakan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5 dan membagikan dividen Rp 1,2 triliun dari kinerja laba 2017.
Harga saham terakhir emiten membuat kapitalisasi pasarnya Rp 29,33 triliun. Secara year to date harga saham perseroan sudah turun dalam dari level Rp 800/saham atau turun sekitar 28%.
Sebelumnya, anak usaha Sarana Menara Nusantara, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), baru saja menyelesaikan akusisi perusahaan penyedia menara telekomunikasi PT Komet Infra Nusantara (KIN). Nilai transaksi ini menjadi Rp 1,4 trilun yang seluruhnya dibayarkan dengan dana kas internal perusahaan.
Paska akuisisi ini Protelindo secara total memiliki 16.401 menara dengan 27.278 tenan dan menguasai 19% market share perusahaan menara Indonesia, mengalahkan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG).
Vice President and Senior Analyst Moody's Investors Service Nidhi Dhruv mengatakan peningkatan proforma Protelindo akan tetap pada 2 kali-2,2 kal hingga 2019 mendatang meski perusahaan berencana untuk menambah utang bank guna menyelesaikan utang-utang KIN yang berkisar antara Rp 95 miliar-Rp 1 triliun. Nilai tersebut merupakan perbandingan antara utang per EBITDA.
(hps) Next Article Saham Turun Dalam, TOWR Alokasi Rp 1,5 T untuk Buyback
Most Popular