Proyeksi Bank Indonesia Bawa IHSG Anjlok 1,96%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 July 2018 16:35
IHSG anjlok hingga 1,96% pada perdagangan hari ini ke level 5.633,94.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 1,96% pada perdagangan hari ini ke level 5.633,94. Nilai transaksi tercatat sebesar 7,21 triliun dengan volume sebanyak 8,16 miliar unit saham dari frekuensi perdagangan adalah 391.759 kali.

Sentimen domestik dan eksternal sama-sama berkontribusi bagi anjloknya IHSG. Dari dalam negeri, proyeksi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dari Bank Indonesia (BI) telah sukses membuat pelaku pasar panik dan meninggalkan aset-aset berisiko seperti saham.

Bank sentral memperkirakan CAD kuartal-II 2018 bisa berada di atas 2,5% dari PDB. Padahal, CAD kuartal-I hanya sebesar 2,15% dari PDB.

"Kuartal dua memang ada akselerasi impor sehingga memang kami melihat transkasi berjalan di kuartal kedua bisa di atas 2,5% dan di bawah 3%," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di hadapan wartawan pada hari Selasa (3/7/2018).

Ditengah modal portfolio yang terus mengalir keluar dari Indonesia, membengkaknya CAD tentu akan semakin menekan Neraca Perdagangan Indonesia (NPI). Pada kuartal-I kemarin, NPI membukukan defisit sebesar US$ 3,85 miliar, jauh lebih buruk dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu surplus US$ 4,51 miliar.

Guna mengantisipasi hal tersebut, investor melepas kepemilikannya atas rupiah; pada perdagangan hari ini, rupiah terus tertekan sebelum akhirnya ditutup flat. Posisi terlemah rupiah berada di level Rp 14,455/dolar AS, melemah 0,56% dibandingkan penutupan hari Senin, 2/7/2018).

Akibat nilai tukar yang sempat melemah signifikan, saham-saham emiten perbankan dilepas oleh investor; sektor jasa keuangan melemah 2%, menjadikannya kontributor terbesar bagi pelemahan IHSG.

Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-3,96%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-3,07%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,42%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-0,7%), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-0,53%).

Ketika rupiah melemah, sektor perbankan memang menjadi sangat rentan, seiring dengan naiknya risiko gagal bayar oleh kreditur yang akan berujung pada kenaikan rasio kredit bermasalah/non-performing loan (NPL).

Masih teringat di pikiran kita bagaimana profitabilitas dari emiten-emiten bank BUKU IV terhantam pada tahun 2015 silam, ketika rupiah terdepresiasi hingga melebihi level Rp 14.600/dolar AS.

Efek samping lainnya dari pelemahan rupiah adalah aksi jual investor asing, dengan nilai bersih sebesar Rp 538,3 miliar.

Dari sisi eksternal, risiko perang dagang yang kian kental terasa semakin menambah beban yang dipikul IHSG. Pemerintahan AS kini berupaya untuk memblokir China Mobile dalam menawarkan jasa telekomunikasi bagi AS. Sebagai catatan, China Mobile merupakan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi terbesar di dunia yang dimiliki oleh pemerintah China.

Pemerintah AS menggunakan alasan keamanan nasional sebagai dasar dari pemblokiran tersebut. Dalam pernyataan resmi di websitenya, National Telecommunications and Information Administration (NTIA) mengharapkan Federal Communications Commission (FCC) menolak permintaan China Mobile untuk menawarkan jasa telekomunikasi antara AS dengan negara-negara lainnya.

"Pasca diskusi yang signifikan dengan China Mobile, kekhawatiran mengenai meningkatnya risiko bagi penegakan hukum dan keamanan nasional tidak dapat diselesaikan," tulis NTIA dalam websitenya mengutip David Redl, Asisten Menteri Bidang Komunikasi dan Informasi Kementerian Perdagangan AS.

Aksi terbaru oleh pemerintahan AS ini tentu memperparah dengan China di bidang perdagangan. Pada tanggal 6 Juli mendatang bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk asal China akan mulai diberlakukan oleh AS. Negeri Panda pun sudah menyiapkan tarif balasan bagi produk-produk asal AS dengan nilai yang sama dan juga akan mulai berlaku pada 6 Juli.
(ank/ank) Next Article Ngeri! CAD Bengkak, Investor Asing Langsung 'Cabut' Rp 60,8 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular