
Sambut Lelang, 5 SUN Obligasi Tenor Panjang Menguat
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
03 July 2018 12:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan harga terjadi pada obligasi negara tenor panjang pagi ini, yang mengindikasikan pergerakan investor membentuk harga, menjelang lelang lima seri surat utang konvensional dengan target indikatif Rp 10 triliun.
Data Reuters menunjukkan harga SUN tenor 20 tahun yang jadi acuan (benchmark) jangka panjang naik pada awal perdagangan, sehingga yield-nya tertekan 1 basis poin (bps) menjadi 8,14% dari posisi kemarin 8,15%.
Posisi tersebut bisa dibilang anomali, karena yield seri FR0075 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan seri FR0065 (acuan 15 tahun) yang naik 4 bps menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara 1%.
Pada kondisi normal, kenaikan harga obligasi tenor panjang terjadi ketika investor yakin pada kondisi makroekonomi sebuah negara. Namun, kondisi perekonomian sekarang justru sedang tertekan. Melebarnya defisit neraca berjalan (current account deficit/ CAD) yang berlangsung hingga kuartal II/2018 menggerus rupiah hingga terdepresiasi 5,6% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Menjelang lelang, pelaku pasar obligasi lumrah membentuk kenaikan harga di pasar (sehingga yield turun) sehingga yield penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam lelang cukup rendah. Pergerakan harga dan imbal hasil (yield) bertolak belakang di pasar sekunder.
Pagi ini, kondisi pasar modal terkoreksi yang mencerminkan ekspektasi investor masih negatif di tengah eskalasi perang dagang AS dengan mitra dagangnya yang membuat arus dana pemodal mencari instrumen yang dianggap lebih aman.
Pasar saham dan pasar mata uang masih terkoreksi, yang tercermin dari posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 1,41% menjadi 5.665 dan rupiah turun 0,38% menjadi US$ 14.430/dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Data Reuters menunjukkan harga SUN tenor 20 tahun yang jadi acuan (benchmark) jangka panjang naik pada awal perdagangan, sehingga yield-nya tertekan 1 basis poin (bps) menjadi 8,14% dari posisi kemarin 8,15%.
Posisi tersebut bisa dibilang anomali, karena yield seri FR0075 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan seri FR0065 (acuan 15 tahun) yang naik 4 bps menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara 1%.
![]() |
Pagi ini, kondisi pasar modal terkoreksi yang mencerminkan ekspektasi investor masih negatif di tengah eskalasi perang dagang AS dengan mitra dagangnya yang membuat arus dana pemodal mencari instrumen yang dianggap lebih aman.
Pasar saham dan pasar mata uang masih terkoreksi, yang tercermin dari posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 1,41% menjadi 5.665 dan rupiah turun 0,38% menjadi US$ 14.430/dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular