Ini Penjelasan Mengapa Rupiah Melemah 5,6% Semester I

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
02 July 2018 16:44
Perang Dagang Bikin Kurs Rupiah Runyam
Ilustrasi: Edward Ricardo
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi yaitu naiknya ketegangan AS dan China yang diawali dari kebijakan Presiden Trump yang mengenakan berbagai tarif impor terhadap produk-produk China terhadap komoditas China senilai US$50 miliar.  

Aksi itu diambil karena Trump gerah melihat besarnya defisit perdagangan AS terhadap China. Di tahun 2017 saja, defisit perdagangan AS telah mencapai US$375 miliar.  

Kebijakan tersebut pun memantik protes keras China mengingat AS merupakan pasar utama mereka. Selama 2017 saja, 19% dari total ekspor China menuju Negeri Paman Sam atau paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya.  

Merespons itu, China pun mengenakan tarif impor bagi 128 produk AS dengan total nilai sekitar US$3 miliar. Dengan tarif impor, baik China maupun AS otomatis mencari pasar potensial baru seperti Indonesiayang merupakan pasar terbesar keempat dunia, dengan populasi 261 juta jiwa.  

Sejauh ini, Indonesia telah mengalami defisit perdagangan US$8 miliar atau meningkat US$2,2 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Tak terbayangkan jika China menggenjot produk mereka ke Indonesia dengan diskon besar agar tidak kadaluwarsa.  

Kondisi ini pun membuat aliran devisa pergi keluar Indonesia sehingga mendorong ketersediaan valas di dalam negeri berkurang. Akibatnya, rupiah pun kehilangan tenaga dan melemah di hadapan dolar AS.  

Secara bersamaan, perang dagang ini memaksa China yang selama ini dikenal paling rajin mendevaluasi (menurunkan) nilai mata uangnya, berbalik arah dan mendongkrak nilai kursnya. Ini terlihat pada perdagangan Senin (02/07/2018).  

Public Bank of China (PBoC) selaku otoritas moneter tertinggi di China hari ini menyesuaikan kurs tengah yuan sebesar 6,6157 atau menguat 0,004% dibandingkan kurs tengah pada Jumat lalu yang berada di kisaran 6,6166.  

Akibat penguatan yang hanya sebesar “nol koma nol nol” tersebut, rupiah melemah 0,21% di Rp 2.166,21. Bayangkan jika apresiasi mencapai 2%. Untung saja, China hanya memperbolehkan penguatan atau pelemahan kurs maksimal sebesar 2%.  

Dari dalam negeri, faktor pertama yang membuat rupiah melemah terhadap dolar AS yaitu defisit neraca perdagangan. Data BPS hingga Mei (YTD), Indonesia mencatat defisit perdagangan US$2,83 miliar yang berdampak pada cadangan devisa Indonesia yang terus berkurang.  
Ini Penjelasan Mengapa Rupiah Melemah 5,6% Semester ISumber: Reuters
Penurunan cadangan devisa berdampak kepada turunnya amunisi Bank Indonesia (BI) untuk mengintervensi rupiah. Di sisi lain, defisit perdagangan menjadi sentimen buruk di mata investor karena menimbulkan persepsi bahwa ekonomi Indonesia masih lemah secara fundamental.  

Faktor dalam negeri lain yang disinyalir menjadi penyebab rupiah melemah yaitu keterlambatan respon otoritas moneter di Indonesia menyikapi pergerakan suku bunga acuan di AS. Meski The Fed menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2018, BI baru menaikkan suku bunga acuan Mei.  

Dengan berbagai kondisi demikian, tidak heran jika rupiah membuka perdagangan perdana Juli dan semester kedua 2018 langsung melemah.    

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular