Rupiah Terbantu Pelemahan Dolar AS dan Kenaikan Bunga Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 June 2018 16:58
Rupiah Terbantu Pelemahan Dolar AS dan Kenaikan Bunga Acuan
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tular rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat. Faktor eksternal dan internal mendukung penguatan mata uang Tanah Air.

Pada Jumat (29/6/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.325 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,42% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.

Rupiah dibuka menguat 0,17%, tetapi sempat berbalik melemah. Baru sekitar pukul 11:00 WIB rupiah kembali menguat. Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah semakin tajam.

Reuters

Tidak hanya rupiah, berbagai mata uang Asia pun menguat lawan greenback. Dengan apresiasi 0,42%, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik keempat di Asia setelah won Korea Selatan, rupee India, dan dolar Taiwan.

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 16:15 WIB, mengutip Reuters:

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang110.70-0,20
Yuan China6,62+0,13
Won Korea Selatan1.112,45+0,72
Dolar Taiwan30,40+0,50
Rupee India68,47+0,52
Dolar Singapura1,36+0,37
Ringgit Malaysia4,04+0,10
Baht Thailand33,12+0,06
Peso Filipina53,38+0,15

Dolar AS memang sedang melemah secara global. Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) melemah cukup tajam yaitu 0,68% pada pukul 16:22 WIB.

Salah satu penyebab pelemahan greenback adalah meroketnya euro. Mata uang Benua Biru menguat karena kesepakatan Uni Eropa mengenai imigran, yang menggambarkan kawasan ini masih solid dan tidak terpecah-belah.

Setelah perdebatan sengit, akhirnya para pemimpin Eropa sepakat untuk membagi beban pengungsi secara sukarela dan membangun pusat pengendali untuk memproses kedatangan mereka. Negara-negara Uni Eropa juga sepakat untuk membagi tanggung jawab untuk menampung imigran yang diselamatkan di laut lepas.

Para pemimpin negara Uni Eropa pun lega. Angela Merkel, Kanselir Jerman, mengakhiri pertemuan dengan mata berkaca-kaca.

"Italia kini tidak sendiri," ujar Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, dikutip Reuters. Sebelumnya, Conte menegaskan tidak akan hadir di pertemuan Uni Eropa jika tidak kesepakatan negara-negara lain membantu Italia menolong imigran yang terkatung-katung di Laut Mediteriania.

"Kesepakatan soal pengungsi ini mengurangi beban negara seperti Italia. Juga mengurangi risiko Uni Eropa untuk terpecah-belah. Akhirnya euro pun merasakan dampak positifnya," kata Viraj Patel, Analis Mata Uang di ING.

Euforia di Eropa juga membuat investor lebih berani mengambil risiko, tidak lagi cenderung bermain aman. Pelaku pasar pun berani masuk ke instrumen-instrumen di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 7 days reverse repo rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%. Kenaikan ini di luar ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan  BI hanya akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 5%.

Keputusan kenaikan suku bunga tersebut merupakan langkah lanjutan Bank Indonesia untuk secara pre-emptive, front-loading, dan ahead of the curve menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Bank Indonesia meyakini sejumlah kebijakan yang ditempuh tersebut dapat memperkuat stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah,” sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI.

Kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin ini memang membuat kebijakan moneter BI cenderung ketat. BI sudah meninggalkan sikap (stance) kebijakan moneter netral.

"Dari sisi kebijakan moneter, kita beralih dari netral ke cenderung ketat. Bahkan sedikit di atas cenderung ketat," ujar Perry.

Pengganti Agus DW Martowardojo tersebut juga mengakui bahwa kenaikan ini memang bertujuan untuk menarik arus modal, terutama ke instrumen fixed income. Masuknya arus modal ini akan membantu BI mencapai prioritas jangka pendeknya yaitu stabilitas nilai tukar rupiah.

"Kami melihat (kenaikan suku bunga acuan) akan lebih banyak menarik inflows, khususnya fixed income. Ini tentu saja menambah supply dolar AS dan mendukung stabilitas rupiah," kata Perry.

Kenaikan suku bunga acuan juga menjadi salah satu faktor yang membantu apresiasi rupiah. Mungkin pernyataan Perry sudah terbukti bahwa kenaikan suku bunga acuan mampu mendatangkan arus modal yang menopang mata uang dalam negeri.

Di pasar saham, investor asing membukukan beli berish Rp 690,92 miliar. Sementara di pasar obligasi, imbal (yield) hasil bergerak turun yang menandakan harga naik karena ramainya permintaan.

Pada pukul 16:37 WIB, yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di 7,816%. Turun dibandingkan penutupan hari sebelumnya yaitu 7,823%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular