Dihajar Luar-Dalam, IHSG Tinggalkan 5.700

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2018 11:31
IHSG resmi meninggalkan level 5.700.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi meninggalkan level 5.700. Hingga berita ini diturunkan, IHSG melemah 1,65% ke level 5.692,3. IHSG bahkan sempat menyentuh level terendahnya di level 5.662,93.

Anjloknya IHSG disebabkan oleh sentimen domestik dan eksternal. Dari dalam negeri, pelaku pasar didorong untuk melakukan aksi jual seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) yang rencananya akan diumumkan besok.

Kenaikan suku bunga acuan memang berpotensi mengancam profitabilitas perbankan dan perekonomian secara keseluruhan. Lebih lanjut, objektif dari kebijakan tersebut yakni menstabilisasi nilai tukar nampak gagal total. Pada hari ini, rupiah melemah 0,73% di pasar spot ke level Rp 14.277/dolar AS.

Seiring dengan pelemahan rupiah, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 121,8 miliar.

Dari sisi eksternal, kebijakan pemerintahan AS untuk memperketat investasi perusahaan asal China pada perusahaan teknologi AS telah memantik aksi jual di pasar saham. Pemerintah AS memutuskan untuk memperkuat Committee on Foreign Investment in the United States guna melindungi teknologi sensitif yang dimiliki perusahaan-perusahaan disana. Menggunakan kerangka baru yang diperkuat, kini komite tersebut bisa memblokir joint venture antara perusahaan asal China dengan AS jika menyangkut teknologi yang dianggap penting.

Sebelumnya, komite bisa memblokir rencana akuisisi oleh pihak China namun tak bisa memblokir joint venture antar keduanya.

"Kami akan memiliki sarana-sarana yang dibutuhkan untuk membatasi investasi, baik itu dari China maupun negara lainnya," papar Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin. "Kami tidak sedang menargetkan China, tapi kami akan melindungi transfer teknologi ke China serta (transfer) pada bidang-bidang penting lainnya."

Walaupun pendekatan yang digunakan lebih halus dari yang diisukan sebelumnya yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act, kebijakan AS sangat mungkin untuk memantik reaksi balasan dari pihak China.

Korea Utara Berkhianat?
Masih berbicara mengenai sentimen eksternal, kondisi geopolitik juga tak kondusif. Terlepas dari perjanjiannya dengan AS untuk melakukan denuklirisasi, terdapat indikasi bahwa Korea Utara justru meningkatkan kapasitas dari fasilitas penelitian nuklir yang dimilikinya secara signifikan.

Informasi ini diketahui menggunakan foto satelit yang didapatkan oleh 38 North, sebuah proyek asal AS yang bertugas mengumpulkan informasi dari berbagai pihak yang sudah lama mengamati Korea Utara.

"Pembangunan infrastruktur berlanjut di Yongbyon (satu-satunya fasilitas penelitian nuklir milik Korea Utara yang diketahui)," papar Redaktur Pelaksana 38 North Jenny Town melalui akun Twitter.
(ank/hps) Next Article Segenap Alasan BI Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular