Dari Wall Street, sentimen yang serupa dengan Asia membuat tiga indeks utama melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,68%, S&P 500 terkoreksi 0,86%, dan Nasdaq jatuh 1,39%.
Koreksi di Wall Street terjadi setelah pasar menyimak pernyataan Lawrence 'Larry' Kudlow. Menurut sang Penasihat Ekonomi Gedung Putih, penggunaan komite investasi untuk mengkaji investasi yang masuk ke AS bukanlah sikap yang lebih lunak terhadap China. AS masih punya tujuan untuk melindungi kepentingan nasional.
"Idenya bukan lebih lunak atau lebih keras, bukan itu. Langkah pemerintah akan sangat komprehensif dan efektif dalam melindungi teknologi AS," katanya dalam wawancana dengan Fox Business Network seperti dikutip Reuters.
Pasar melihat pernyataan Kudlow sebagai sinyal bahwa pemerintahan Presiden Trump masih akan galak terhadap China. Oleh karena itu, investor pun grogi dan memilih untuk keluar dari instrumen berisiko seperti saham dan mengamankan dana di
safe haven assets.
Selain friksi dagang dan investasi, pasar juga mulai mencemaskan kenaikan harga minyak. Betul, kenaikan harga minyak mendorong indeks energi di Wall Street menguat sampau 1,3%. Namun investor mengkhawatirkan dampaknya terhadap sektor lain, yaitu kenaikan produksi yang tentunya menekan laba.
Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah hal yang perlu dicermati oleh pelaku pasar. Pertama tentu koreksi di Wall Street. Bisa jadi merahnya Wall Street menular ke bursa saham Asia sehingga menyebabkan tekanan lebih lanjut. Indonesia tentu tidak imun akan risiko tersebut.
Perang dagang dan kini merembet ke investasi juga perlu diwaspadai. Investor patut untuk khawatir, sebab apa yang dilakukan AS dengan memproteksi sektor perdagangan dan investasi bisa menjadi preseden bagi negara lain.
Kalau negara lain ikut menerapkannya atas nama perlindungan kepentingan nasional, maka perekonomian dunia akan menjadi tertutup. Pertumbuhan ekonomi global pun di ujung tanduk.
Investor juga masih perlu menyimak perkembangan nilai tukar dolar AS, apalagi hari ini pasar valas Indonesia sudah kembali dibuka. Pasalnya,
greenback tengah menguat gila-gilaan.
Pada pukul 04.40 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat sampai 0,67% ke 95.291. Ini merupakan titik tertinggi sejak pertengahan Juli 2017, hampir setahun.
Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh The Federal Reserve/The Fed masih ampuh untuk mendorong penguatan
greenback. The Fed kini bisa dibilang satu-satunya bank sentral di negara maju yang sudah terang-terangan bicara kenaikan bunga dan normalisasi kebijakan moneter. Sementara bank sentral lain seperti European Central Bank (ECB) sepertinya baru menaikkan suku bunga acuan pada kuartal III-2019.
Apalagi Bank of England (BoE) juga tengah terpecah konsentrasinya jelang pertemuan lanjutan untuk membahas keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit Meeting). BoE tengah memastikan bahwa sektor keuangan Inggris siap untuk menghadapi Brexit. Oleh karena itu, pasar pun menyangsikan apakah BoE akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada Agustus mendatang.
Dolar AS semakin melaju kala Bank Sentral China, People's Bank of China (PBoC), bergerak melemahkan nilai tukar yuan. Dalam beberapa waktu terakhir, PBoC menurunkan nilai tengah yuan dengan tujuan memperlemah mata uang ini.
Langkah ini ditempuh untuk menjaga agar ekspor China tetap kompetitif di tengah perang dagang yang tengah berkecamuk. Pelaku pasar memperkirakan PBoC tidak akan mengendurkan cengkeramannya sebelum situasi membaik.
Penguatan
greenback bisa menekan mata uang lain, termasuk rupiah. Saat rupiah melemah, berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini menjadi kurang menarik karena nilainya turun. Investor, terutama asing, bisa melanjutkan aksi jual dan ini tentu bukan kabar gembira bagi IHSG.
Namun, ada pula sentimen positif untuk IHSG yaitu kenaikan harga minyak dunia. Biasanya investor lebih mengapresiasi emiten migas dan pertambangan kala harga minyak naik, dan ini bisa mempengaruhi IHSG secara keseluruhan.
Kenaikan harga si emas hitam disebabkan oleh kekhawatiran penurunan pasokan dari Kanada dan Libya. Di Kanada, ada gangguan di fasilitas produksi di Alberta yang bisa mengancam sekitar 10% dari total pasokan minyak Negeri Daun Maple. Gangguan produksi ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan bisa mempengaruhi produksi sebanyak 350.000 barel/hari.
Penurunan pasokan dari Kanada membuat cadangan minyak AS di Cushing, Oklahoma, turun 2,71 juta barel pekan lalu. Penurunan ini yang membuat harga minyak terkerek ke atas.
Sementara dari Libya, ada ketidakjelasan pihak mana yang tengah mengendalikan ekspor minyak. Apakah pemerintah atau pemberontak? Seiring dengan pemerintahan Libya yang pecah kongsi, perusahaan minyak negara pun terpecah dua tetapi sama-sama memakai nama National Oil Company (NOC). Bedanya, satu NOC resmi milik pemerintah berbasis di Tripoli dan yang lain adalah NOC milik pemberontak di Benghazi.
Pasukan pemberontak mengklaim mereka telah menguasai pelabuhan Hariga dan Zueitina dan menyerahkannya kepada NOC Benghazi. Dua pelabuhan ini merupakan objek vital dan menentukan ekspor minyak Libya.
Kisruh Libya menyebabkan pasokan minyak dari negara tersebut turun sekitar 450.000 barel/hari. Ini hampir separuh dari total produksi minyak di sana yaitu 1 juta barel/hari.
Situasi di Kanada dan Libya ini membuat harga minyak bergerak naik. Sesuai hukum ekonomi, penurunan pasokan tentu menyebabkan kenaikan harga.
Sementara dari dalam negeri, hari ini adalah hari pertama pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Besok, BI akan mengumumkan suku bunga acuan.
Potensi suku bunga acuan BI 7 day repo rate untuk kembali naik cukup besar. Perry Warjiyo, Gubernur BI, pekan lalu sudah memberi sinyal mengenai hal ini.
Jika benar BI menaikkan suku bunga, maka dalam jangka pendek bisa berdampak positif. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di Indonesia menjadi menarik karena memberikan keuntungan lebih. Masuknya aliran modal asing ini bisa menjadi penopang bagi penguatan nilai tukar rupiah.
Namun dalam jangka menengah-panjang, kenaikan suku bunga bisa berdampak negatif. Biaya dana perbankan akan naik sehingga menekan profitabilitas mereka.
Bank juga mungkin harus menaikkan suku bunga kredit merespons kenaikan suku bunga simpanan. Ini tentu membuat pertumbuhan kredit, aktivitas bisnis, konsumsi masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi akan tertekan.
Oleh karena itu, sepertinya pasar akan cenderung menunggu keputusan BI sebelum beraktivitas lebih lanjut. Sikap pasar yang
wait and see bisa menjadi salah satu faktor pemberat IHSG hari ini.
Sepertinya cukup banyak sentimen negatif yang akan membebani IHSG hari ini. Oleh karena itu, kemungkinan IHSG masih akan menjalani masa penuh cobaan dan ujian.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:-
- RDG BI hari pertama.
- Economic Summit Uni Eropa Hari pertama.
- Rilis data pembacaan terakhir pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2018 (19:30 WIB).
- Rilis data klaim tunjangan penganggutan dalam sepekan hingga 22 Juni 2018 (19:30 WIB).
- Pidato Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic (23:00 WIB).
Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:
Perusahaan | Jenis Kegiatan | Waktu |
PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) | RUPS Tahunan | 08:00 |
PT Paninvest Tbk (PNIN) | RUPS Tahunan | 08:30 |
PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) | RUPS Tahunan | 09:30 |
PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Modern Internasional Tbk (MDRN) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Modernland Realty Tbk (MDLN) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Siantar Top Tbk (STTP) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Panin Financial Tbk (PNLF) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Tira Austenite Tbk (TIRA) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) | RUPSLB | 10:00 |
PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) | RUPSLB | 10:00 |
PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA) | RUPSLB | 10:00 |
PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) | RUPS Tahunan | 10:30 |
PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) | RUPS Tahunan | 10:30 |
PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (JKSW) | RUPS Tahunan | 11:00 |
PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) | RUPS Tahunan | 11:00 |
PT Tanah Laut Tbk (INDX) | RUPS Tahunan | 13:30 |
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Grand Kartech Tbk (KRAH) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) | RUPSLB | 14:30 |
PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) | RUPS Tahunan | 15:00 |
PT Sepatu Bata Tbk (BATA) | RUPS Tahunan | 15:00 |
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:
Indeks | Close | % Change | % YtD |
IHSG | 5,787.55 | (0.65) | (8.94) |
LQ45 | 901.00 | (1.06) | (16.53) |
DJIA | 24,117.59 | (0.68) | (2.43) |
CSI300 | 3,458.58 | (2.05) | (14.20) |
Hang Seng | 28,356.26 | (1.82) | (5.22) |
Nikkei 225 | 22,271.77 | (0.31) | (2.17) |
Straits Times | 3,254.77 | (0.80) | (4.35) |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
USD/IDR | 14,173 | 0.16 | 6.36 |
EUR/USD | 1.15 | (0.74) | 1.61 |
GBP/USD | 1.31 | (0.82) | 1.50 |
USD/CHF | 0.99 | 0.64 | 3.90 |
USD/CAD | 1.33 | 0.16 | 2.24 |
USD/JPY | 110.23 | 0.16 | (1.83) |
AUD/USD | 0.74 | (0.69) | (3.90) |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Komoditas | Close | % Change | % YoY |
Minyak Light Sweet (US$/barel) | 72.35 | 2.59 | 61.70 |
Minyak Brent (US$/barel) | 77.25 | 1.19 | 63.33 |
Emas (US$/troy ons) | 1,253.41 | (0.54) | 0.37 |
CPO (MYR/ton) | 2,304.00 | 1.05 | (10.87) |
Batu bara (US$/ton) | 110.77 | 1.41 | 41.87 |
Tembaga (US$/pound) | 2.97 | (0.72) | 12.01 |
Nikel (US$/ton) | 14,704.50 | 0.40 | 59.39 |
Timah (US$/ton) | 20,100.00 | (0.12) | 3.37 |
Karet (JPY/kg) | 165.50 | 0.67 | (16.46) |
Kakao (US$/ton) | 2,316.00 | (4.73) | 20.54 |
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:
Tenor | Yield (%) |
5Y | 7.44 |
10Y | 7.61 |
15Y | 8.07 |
20Y | 8.11 |
30Y | 7.93 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY) | 5.06% |
Inflasi (Mei 2018 YoY) | 3.23 |
Defisit anggaran (APBN 2018) | -2.19% PDB |
Transaksi berjalan (Q I-2018) | -2.15% PDB |
Neraca pembayaran (Q I-2018) | -US$ 3.85 miliar |
Cadangan devisa (Mei 2018) | US$ 122.9 |
TIM RISET CNBC INDONESIA