
AS Kembali Serang Perusahaan China, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 June 2018 17:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup melemah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,31%, indeks Shanghai turun 1,11%, indeks Hang Seng turun 1,82%, indeks Strait Times turun 0,8%, dan indeks Kospi turun 0,38%.
Sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning masih datang dari rencana pembatasan investasi China di bidang teknologi oleh AS. Negeri Paman Sam memang telah lama menuduh China sebagai pihak yang sering mencuri teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan asal AS.
Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.
Walaupun Presiden Donald Trump mencoba meredakan tensi, hal tersebut nampaknya belum cukup untuk menenangkan pelaku pasar. Trump memberi sinyal bahwa dirinya akan mengambil langkah yang lebih halus untuk membatasi investasi China pada perusahaan AS yang memiliki teknologi yang sensitif.
Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan The Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.
Sementara itu, pihak lainnya menginginkan pendekatan yang lebih kasar yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act.
Khusus untuk bursa saham China, masalah ketatnya likuiditas yang timbul sebagai hasil dari usaha pemerintah China untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta semakin memperparah keadaan.
Langkah yang diambil bank sentral dengan menyuntikkan likuditas ke pasar dianggap masih kurang memadai. Pada hari Minggu (24/6/2018), The People's Bank of China (PBOC) memutuskan untuk memangkas rasio Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank-bank tertentu sebesar 50bps.
Dikutip dari Reuters, PBOC mengungkapkan bahwa pemotongan GWM tersebut akan berlaku mulai 5 Juli. Kebijakan ini akan menambah likuiditas di pasar senilai CNY 700 miliar atau setara dengan US $107,65 miliar dan dimaksudkan untuk meningkatkan laju debt-for-equity swaps dan penyaluran kredit bagi perusahaan-perusahaan kecil.
Di sisi lain, sebenarnya ada sentimen positif yang mewarnai perdagangan bursa saham kawasan Asia. Kemarin, tingkat output industri di Singapura untuk periode Mei diumumkan tumbuh sebesar 11,1% YoY, jauh mengalahkan capaian periode April yang sebesar 9,1% YoY. Indeks Strait Times sempat menguat pada pagi hari, ditopang oleh data ini. Namun, derasnya sentimen eksternal memaksanya berakhir di zona merah.
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning masih datang dari rencana pembatasan investasi China di bidang teknologi oleh AS. Negeri Paman Sam memang telah lama menuduh China sebagai pihak yang sering mencuri teknologi dan kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan asal AS.
Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China, namun seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.
Dalam administrasi pemerintahan Trump, terdapat perdebatan mengenai pendekatan yang harus digunakan guna membatasi investasi China. Menteri keuangan Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan The Committee on Foreign Investment in the U.S yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan asal AS dengan dasar keamanan nasional.
Sementara itu, pihak lainnya menginginkan pendekatan yang lebih kasar yakni mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi dan menerapkan International Emergency Economic Powers Act.
Khusus untuk bursa saham China, masalah ketatnya likuiditas yang timbul sebagai hasil dari usaha pemerintah China untuk mengurangi tingkat utang sektor swasta semakin memperparah keadaan.
Langkah yang diambil bank sentral dengan menyuntikkan likuditas ke pasar dianggap masih kurang memadai. Pada hari Minggu (24/6/2018), The People's Bank of China (PBOC) memutuskan untuk memangkas rasio Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank-bank tertentu sebesar 50bps.
Dikutip dari Reuters, PBOC mengungkapkan bahwa pemotongan GWM tersebut akan berlaku mulai 5 Juli. Kebijakan ini akan menambah likuiditas di pasar senilai CNY 700 miliar atau setara dengan US $107,65 miliar dan dimaksudkan untuk meningkatkan laju debt-for-equity swaps dan penyaluran kredit bagi perusahaan-perusahaan kecil.
Di sisi lain, sebenarnya ada sentimen positif yang mewarnai perdagangan bursa saham kawasan Asia. Kemarin, tingkat output industri di Singapura untuk periode Mei diumumkan tumbuh sebesar 11,1% YoY, jauh mengalahkan capaian periode April yang sebesar 9,1% YoY. Indeks Strait Times sempat menguat pada pagi hari, ditopang oleh data ini. Namun, derasnya sentimen eksternal memaksanya berakhir di zona merah.
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular