
Newsletter
Waspada, Dolar AS Masih Perkasa
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 June 2018 05:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Situasi global yang kurang kondusif membuat investor memilih melakukan aksi jual.
Pada perdagangan kemarin, IHSG terkoreksi 0,57%. Nilai transaksi tercatat Rp 7,37 triliun dengan volume 13,43 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 407.092 kali.
Investor asing masih mencatatkan jual bersih, kali ini Rp 435 miliar. Penyebabnya adalah perkembangan global yang kurang menggembirakan.
Perang dagang, risiko besar yang menghantui pasar, kini sudah meluas ke perang investasi. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana untuk melarang perusahaan yang punya kepemilikan minimal 25% oleh pihak China untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi strategis di AS.
"Pernyataan akan segera keluar dan itu (pelarangan investasi) tidak spesifik kepada China, tetapi kepada semua negara yang mencoba mencuri teknologi kami," tegas Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin melalui kicauan di Twitter.
Pernyataan Mnuchin ini pun diamini oleh Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders. "Seperti yang dikatakan Menteri (Mnuchin), sebuah pengumuman akan diberikan yang isinya menargetkan seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi kami," katanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Derasnya tekanan dari sisi eksternal berhasil memaksa investor untuk melepas saham-saham berkapitalisasi pasar besar, utamanya yang berasal dari sektor jasa keuangan. Sektor ini melemah 2,03%, menjadikannya kontributor terbesar bagi koreksi IHSG. Saham-saham sektor jasa keuangan yang dilepas investor di antaranya BBCA (-3,72%), BBRI (-2,42%), BMRI (-1,12%), BBNI (-2,05%), dan BDMN (-3,45%).
Sentimen serupa juga menjadi penyebab koreksi di sejumlah bursa saham Asia. Indeks Shanghai Composite turun 0,51%, Hang Seng melemah 0,28%, dan Kospi berkurang 0,3%.
Selain faktor eksternal, penurunan IHSG juga disebabkan oleh aksi ambil untung setelah sehari sebelumnya IHSG mampu menguat. Kenaikan IHSG sebelumnya ditopang oleh pesatnya laju impor, yang dilihat pasar sebagai pertanda geliat ekonomi domestik, terutama konsumsi masyarakat.
Sepanjang Mei 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi melonjak hingga 14,88% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, ada lompatan sebesar 34%.
Namun, investor juga nampaknya mulai mewaspadai bahwa derasnya impor barang konsumsi pada bulan lalu didorong oleh one-time event, yakni Ramadan-Idul Fitri. Konfirmasi lebih lanjut memang diperlukan guna menentukan apakah konsumsi masyarakat Indonesia sudah benar-benar membaik atau belum.
Sektor barang konsumsi melemah 0,27%, menjadikannya kontributor terbesar kedua bagi koreksi IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkena ambil untung di antaranya UNVR (-1%) dan GGRM (-1,92%).
Pada perdagangan kemarin, IHSG terkoreksi 0,57%. Nilai transaksi tercatat Rp 7,37 triliun dengan volume 13,43 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 407.092 kali.
Investor asing masih mencatatkan jual bersih, kali ini Rp 435 miliar. Penyebabnya adalah perkembangan global yang kurang menggembirakan.
Perang dagang, risiko besar yang menghantui pasar, kini sudah meluas ke perang investasi. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana untuk melarang perusahaan yang punya kepemilikan minimal 25% oleh pihak China untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi strategis di AS.
"Pernyataan akan segera keluar dan itu (pelarangan investasi) tidak spesifik kepada China, tetapi kepada semua negara yang mencoba mencuri teknologi kami," tegas Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin melalui kicauan di Twitter.
Pernyataan Mnuchin ini pun diamini oleh Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders. "Seperti yang dikatakan Menteri (Mnuchin), sebuah pengumuman akan diberikan yang isinya menargetkan seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi kami," katanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Derasnya tekanan dari sisi eksternal berhasil memaksa investor untuk melepas saham-saham berkapitalisasi pasar besar, utamanya yang berasal dari sektor jasa keuangan. Sektor ini melemah 2,03%, menjadikannya kontributor terbesar bagi koreksi IHSG. Saham-saham sektor jasa keuangan yang dilepas investor di antaranya BBCA (-3,72%), BBRI (-2,42%), BMRI (-1,12%), BBNI (-2,05%), dan BDMN (-3,45%).
Sentimen serupa juga menjadi penyebab koreksi di sejumlah bursa saham Asia. Indeks Shanghai Composite turun 0,51%, Hang Seng melemah 0,28%, dan Kospi berkurang 0,3%.
Selain faktor eksternal, penurunan IHSG juga disebabkan oleh aksi ambil untung setelah sehari sebelumnya IHSG mampu menguat. Kenaikan IHSG sebelumnya ditopang oleh pesatnya laju impor, yang dilihat pasar sebagai pertanda geliat ekonomi domestik, terutama konsumsi masyarakat.
Sepanjang Mei 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi melonjak hingga 14,88% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, ada lompatan sebesar 34%.
Namun, investor juga nampaknya mulai mewaspadai bahwa derasnya impor barang konsumsi pada bulan lalu didorong oleh one-time event, yakni Ramadan-Idul Fitri. Konfirmasi lebih lanjut memang diperlukan guna menentukan apakah konsumsi masyarakat Indonesia sudah benar-benar membaik atau belum.
Sektor barang konsumsi melemah 0,27%, menjadikannya kontributor terbesar kedua bagi koreksi IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang terkena ambil untung di antaranya UNVR (-1%) dan GGRM (-1,92%).
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular