Dolar AS Bangkit dan Tembus Rp 14.100 (Lagi)
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2018 08:53

Namun, ada harapan rupiah bisa menguat. Sentimen apresiasi rupiah bisa datang dari pengumuman data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data ini pada pukul 11:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 8,38% secara year-on-year (YoY) sementara impor melaju dengan pertumbuhan 12,125% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit tipis sekitar US$ 1 juta.
Sebagai informasi, ekspor pada bulan sebelumnya tumbuh 9,01% YoY dan impor melejit dengan pertumbuhan 34,68% YoY. Ini menyebabkan neraca perdagangan mencatatkan defisit yang cukup dalam yaitu US$ 1,63 miliar, terdalam sejak April 2014.
Jika defisit kembali terjadi, apalagi lebih besar dari konsensus, maka rupiah berpeluang kembali tertekan. Pasalnya, situasi ini akan semakin mempersulit transaksi berjalan (current account).
Pada kuartal I-2018, neraca berjalan sudah mencatat defisit sebesar US$5,5 miliar atau melebar lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Apabila ditinjau dalam rentang waktu yang lebih panjang, transaksi berjalan pada tiga bulan awal tahun ini adalah yang terparah sejak kuartal I-2013.
Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka data ini bisa menjadi energi bagi penguatan rupiah. Pasalnya, pasar akan berpersepsi aliran devisa Indonesia cukup baik sehingga menopang fundamental rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 8,38% secara year-on-year (YoY) sementara impor melaju dengan pertumbuhan 12,125% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit tipis sekitar US$ 1 juta.
Sebagai informasi, ekspor pada bulan sebelumnya tumbuh 9,01% YoY dan impor melejit dengan pertumbuhan 34,68% YoY. Ini menyebabkan neraca perdagangan mencatatkan defisit yang cukup dalam yaitu US$ 1,63 miliar, terdalam sejak April 2014.
Pada kuartal I-2018, neraca berjalan sudah mencatat defisit sebesar US$5,5 miliar atau melebar lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Apabila ditinjau dalam rentang waktu yang lebih panjang, transaksi berjalan pada tiga bulan awal tahun ini adalah yang terparah sejak kuartal I-2013.
Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka data ini bisa menjadi energi bagi penguatan rupiah. Pasalnya, pasar akan berpersepsi aliran devisa Indonesia cukup baik sehingga menopang fundamental rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular