Lagi, BI Ingatkan Tak Ada Alasan Bank Naikkan Bunga

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 June 2018 12:57
Bank Indonesia (BI) untuk kesekian kalinya menjamin ketersediaan likuiditas. Tak ada alasan bank naikkan bunga.
Foto: CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) untuk kesekian kalinya menjamin ketersediaan likuiditas meskipun stance kebijakan moneter bank sentral saat ini cenderung mengetat.

Berbicara usai menggelar halal bihalal bersama seluruh jajaran bank sentral, Gubernur BI Perry Warjiyo menilai, perbankan seharusnya tidak memiliki alasan untuk menaikkan bunga, khususnya bunga kredit.

"Kenaikan suku bunga [BI 7 Day Reverse Repo Rate] ini tidak perlu diikuti kenaikan suku bunga di perbankan karena likuiditas lebih dari cukup," kata Perry di Menara Sjafruddin Prawiranegara, kompleks BI, Jumat (22/6/2018).

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar akhir bulan ini, bank sentral memang kembali membuka peluang menaikkan bunga acuan untuk ketiga kalinya pada tahun ini.

Merespons kebijakan tersebut, perbankan nasional pun sudah mulai mempertimbangkan untuk menaikkan bunga, tak terkecuali bunga kredit. Salah satunya, PT Bank Central Asia.

Namun, BI kembali menegaskan, tak ada alasan bagi bank untuk menaikkan bunga bank, lantaran bank sental akan senantiasa berkomitmen untuk menjaga likuiditas.

"Kemarin [likuiditas ketat] karena sedang Lebaran. Orang pakai tunai ke luar. Sekarang [likuiditas] sudah longgar. Kami ekspansi moneter. Apalagi setelah Lebaran, ada uang masuk. BI pastikan likuiditas lebih longgar," tegasnya.
Pasar Indonesia Masih Menarik

Perry pada kesempatan yang sama juga mengungkap bukti-bukti konkret bahwa pasar keuangan Indonesia masih menarik di mata investor. Ada beberapa alasan yang mendasari hal itu.

"Misalnya, dengan tingkat BI Rate sekarang 4,75%, inflasi 3,5%, itu riil interest rate berarti 1,2-1,3%. Ini tingkat yang cukup menarik," kata Perry.

"Kemudian perbedaan suku bunga obligasi pemerintah 10% 7,5%, dan US Treasury Bond 2,9%, perbedaan hampir 4,5% itu sangat menarik bagi investor asing membeli SBN untuk pembiayaan fiskal," tambah dia.

BI, sambung Perry, pun membuka peluang untuk kembali menaikkan bunga acuan dan relaksasi kebijakan makroprudensial terkait Loan To Value (LTV). Langkah ini, diklaim akan semakin meningkatkan minat investor menanamkan modalnya di Indonesia.

"Langkah pre emptive lain di RDG mendatang akan membuat pasar keuangan Indonesia semakin menarik. Sektor perumahan kami relaksasi, nanti bukan hanya perumahan yang akan membaik, tapi juga pertumbuhan ekonomi akan membaik. Ini akan menarik bagi investor," jelasnya.

"Kami perkirakan, aliran modal asing masuk khususnya di SBN akan kembali masuk dan menambah supply valas dan itu jadi sentimen positif terhadap rupiah ke depan," tegasnya.

Perry menegaskan, fokus bank sentral ke depan adalah tetap mengedepankan stabilitas, tanpa melupakan upaya untuk mendongkrak perekonomian dengan tetap mempertimbangkan perkembangan perekonomian global.



(dru) Next Article Hidup Tenang Gubernur BI Tanpa Utang & Harta Miliaran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular