Profit Taking Dolar AS dan Intervensi BI Kuatkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 June 2018 12:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini. Dibuka menguat, rupiah kemudian melemah sebelum akhirnya kembali terapresiasi.
Pada Jumat (22/6/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.088. Rupiah menguat 0,07%.
Saat pembukaan pasar, rupiah menguat 0,06%. Namun seiring perjalanan pasar, rupiah cenderung melemah. Posisi terlemah rupiah ada di Rp 14.105/US$.
Selepas pukul 11:00 WIB, rupiah pun mampu berbalik arah dan kembali menguat. Sejauh ini, penguatan rupiah masih relatif terbatas.
Penguatan rupiah datang seiring apresiasi dolar AS yang mulai terbatas. Pada pukul 12:00 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) masih menguat tetapi tipis di 0,05%. Apresiasi dolar AS semakin menipis.
Investor sepertinya lagi-lagi melakukan ambil untung. Penguatan dolar AS memang sudah agak keterlaluan, lebih dari sepekan non-stop.
Hasilnya, dalam sepekan terakhir Dollar Index sudah naik 0,81%. Penguatan ini tentu menggoda investor untuk mencairkan laba. Apresiasi greenback mulai mereda meski masih berada di teritori positif.
Akibat aksi profit taking yang melanda dolar AS, mata uang Asia pun cenderung menguat di hadapan greenback. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang Asia:
Selain itu, penguatan rupiah juga kemungkinan besar disebabkan oleh intervensi Bank Indonesia. Kemarin, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan bank sentral melakukan operasi ganda (twin operation) di pasar valas dan obligasi negara dalam rangka stabilisasi nilai tukar.
'Gerilya' BI ini agak terlihat di pasar obligasi. Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun pada pukul 12:17 WIB berada di 7,479%. Turun dibandingkan penutupan kemarin yaitu 7,481%.
Penurunan yield berarti harga sedang naik. Benar saja, saat ini harga SBN 10 tahun adalah 90,643%. Naik dibandingkan kemarin yaitu 90,633%. Kenaikan harga berarti sedang ada aksi borong terhadap SBN.
BI memang sedang aktif di pasar SBN untuk menyerap likuiditas rupiah. Terlihat dari kepemilikan SBN oleh BI yang terus meningkat.
Per 20 Juni, kepemilikan SBN oleh BI tercatat Rp 279,28 trilun. Naik 0,12% dibandingkan sebelum libur Idul Fitri. Sementara dibandingkan sebulan sebelumnya, terjadi kenaikan 98,07%.
Tingginya aktivitas BI di pasar terbukti mampu membuat rupiah menguat. Patut ditunggu apakah penguatan ini bisa bertahan lama atau hanya sementara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Jumat (22/6/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.088. Rupiah menguat 0,07%.
Saat pembukaan pasar, rupiah menguat 0,06%. Namun seiring perjalanan pasar, rupiah cenderung melemah. Posisi terlemah rupiah ada di Rp 14.105/US$.
![]() |
Penguatan rupiah datang seiring apresiasi dolar AS yang mulai terbatas. Pada pukul 12:00 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) masih menguat tetapi tipis di 0,05%. Apresiasi dolar AS semakin menipis.
![]() |
Investor sepertinya lagi-lagi melakukan ambil untung. Penguatan dolar AS memang sudah agak keterlaluan, lebih dari sepekan non-stop.
Hasilnya, dalam sepekan terakhir Dollar Index sudah naik 0,81%. Penguatan ini tentu menggoda investor untuk mencairkan laba. Apresiasi greenback mulai mereda meski masih berada di teritori positif.
Akibat aksi profit taking yang melanda dolar AS, mata uang Asia pun cenderung menguat di hadapan greenback. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang Asia:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,99 | +0,01 |
Yuan China | ,50 | +0,16 |
Won Korea Selatan | 1.108,50 | -0,09 |
Dolar Taiwan | 30,28 | -0,13 |
Rupee India | 67,85 | -0,13 |
Dolar Singapura | 1,36 | -0,11 |
Ringgit Malaysia | 4,01 | -0,07 |
Baht Thailand | 32,88 | -0,03 |
Peso Filipina | 53,41 | +0,24 |
Selain itu, penguatan rupiah juga kemungkinan besar disebabkan oleh intervensi Bank Indonesia. Kemarin, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan bank sentral melakukan operasi ganda (twin operation) di pasar valas dan obligasi negara dalam rangka stabilisasi nilai tukar.
'Gerilya' BI ini agak terlihat di pasar obligasi. Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun pada pukul 12:17 WIB berada di 7,479%. Turun dibandingkan penutupan kemarin yaitu 7,481%.
Penurunan yield berarti harga sedang naik. Benar saja, saat ini harga SBN 10 tahun adalah 90,643%. Naik dibandingkan kemarin yaitu 90,633%. Kenaikan harga berarti sedang ada aksi borong terhadap SBN.
BI memang sedang aktif di pasar SBN untuk menyerap likuiditas rupiah. Terlihat dari kepemilikan SBN oleh BI yang terus meningkat.
Per 20 Juni, kepemilikan SBN oleh BI tercatat Rp 279,28 trilun. Naik 0,12% dibandingkan sebelum libur Idul Fitri. Sementara dibandingkan sebulan sebelumnya, terjadi kenaikan 98,07%.
Tingginya aktivitas BI di pasar terbukti mampu membuat rupiah menguat. Patut ditunggu apakah penguatan ini bisa bertahan lama atau hanya sementara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular