
Harga CPO Menguat Didorong Faktor China dan Myanmar
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 June 2018 11:36

Jakarta CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) berbalik menguat pada Jumat pagi ini (22/06/2018), setelah pasar utama di Asia yakni China kembali melirik Asia Tenggara untuk minyak nabati di tengah tumbuhnya pasar baru di Myanmar.
Di bursa berjangka Malaysia, harga komoditas yang menjadi ekspor utama Indonesia dan Malaysia ini menguat 13 poin atau 0,58% ke 2.264 ringgit Malaysia per ton, menghentikan laju koreksi 4 hari sebelumnya.
Sejak Senin sampai dengan Kamis, harga CPO terus terkoreksi dan secara kumulatif kehilangan 85 poin atau turun sebesar -3,7%, dibandingkan dengan posisi penutupan pada Jumat akhir pekan lalu ketika ditutup pada level 2.336 per ton.
Pengenaan tarif China atas produk minyak nabati dari Amerika Serikat (AS), sebagai respons atas kebijakan serupa Presiden AS Donald Trump, berpeluang memperkuat permintaan CPO dari Asia Tenggara karena harganya menjadi lebih kompetitif.
Pada tahun lalu, Negeri Tirai Bambu mengimpor produk kedelai AS dan turunannya senilai US$13,9 miliar. Studi Universitas Purdue di AS memperkirakan kebijakan tarif China tersebut akan produksi kedelai AS sebesar 65%.
Di sisi lain, booming restoran cepat saji di negara totaliter Myanmar berpeluang mendongkrak permintaan CPO di Kawasan. Data Departemen Pertanian AS menyebutkan impor minyak sawit Myanmar dalam 6 tahun terakhir meningkat hingga lebih dari 50% ke 750.000 ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Harga CPO Lanjutkan Koreksi Hingga Hari Keempat
Di bursa berjangka Malaysia, harga komoditas yang menjadi ekspor utama Indonesia dan Malaysia ini menguat 13 poin atau 0,58% ke 2.264 ringgit Malaysia per ton, menghentikan laju koreksi 4 hari sebelumnya.
Sejak Senin sampai dengan Kamis, harga CPO terus terkoreksi dan secara kumulatif kehilangan 85 poin atau turun sebesar -3,7%, dibandingkan dengan posisi penutupan pada Jumat akhir pekan lalu ketika ditutup pada level 2.336 per ton.
Pada tahun lalu, Negeri Tirai Bambu mengimpor produk kedelai AS dan turunannya senilai US$13,9 miliar. Studi Universitas Purdue di AS memperkirakan kebijakan tarif China tersebut akan produksi kedelai AS sebesar 65%.
Di sisi lain, booming restoran cepat saji di negara totaliter Myanmar berpeluang mendongkrak permintaan CPO di Kawasan. Data Departemen Pertanian AS menyebutkan impor minyak sawit Myanmar dalam 6 tahun terakhir meningkat hingga lebih dari 50% ke 750.000 ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Harga CPO Lanjutkan Koreksi Hingga Hari Keempat
Most Popular