Gubernur BI: Pelemahan Rupiah Masih 'Tolerable'

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 June 2018 10:38
Jika melihat sejak awal Januari 2018, pelemahan rupiah yang mencapai 3,8% (year to date) masih bisa diterima.
Foto: CNBC Indonesia/Donald Banjarnahor
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah yang terjadi pasca libur panjang memang cukup dalam. Namun jika melihat sejak awal Januari 2018, pelemahan rupiah yang mencapai 3,8% (year to date) masih bisa diterima.

Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Gedung BI, Jumat (22/6/2018).

"Jadi tolerable kalau dibandingkan dengan negara emerging market lain. Itu tingkat pelemahan rupiah jangan dilihat satu hari kemarin tapi year to date 3,8%," ungkapnya.

Dengan tingkat pelemahan rupiah, inflasi menurut Perry juga masih terjaga. Di mana tingkat inflasi di akhir tahun masih akan berada dalam range 3,5%. Perry lebih jauh menerangkan, langkah pre-emptive BI ke depan berupa kenaikan bunga akan membuat aset pasar keuangan Indonesia lebih menarik.

"BI tetap berada di pasar kita juga akan lakukan langkah stabilisasi secara langsung melalui dual intervention. Ini komitmen BI. Demikian juga jaga likuiditas dalam negeri," kata Perry.

Perry juga mengatakan, bank sentral mewaspadai kenaikan transaksi berjalan pada Triwulan II-2018. Menurutnya kenaikan tersebut terjadi karena seasonal atau musiman.

"Tak usah kaget karena secara musiman lebih tinggi. Tapi kita lihat secara tahunan, prediksi tidak lebih dari 2,5% dari PDB," ungkapnya.

(dru/dru) Next Article Total Quantitative Easing BI Capai Rp 845 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular