
Perang Dagang Memanas, Wall Street Kembali Membara
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
22 June 2018 06:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Amerika Serikat (AS) kembali berguguran pada penutupan perdagangan hari Kamis (21/6/2018) akibat sentimen negatif perang dagang antara AS dan China.
Dow Jones Industrial Average anjlok 0,8% ke posisi 24.461,7 dengan Intel dan Caterpillar menjadi saham dengan kinerja terburuk hari itu. Dow Jones juga mencatatkan delapan hari pelemahan berturut-turut yang merupakan rekor terpanjang sejak Maret 2017.
Indeks S&P 500 terkoreksi 0,6% menjadi 2.749,76 akibat saham-saham sektor energi yang jatuh 1,9%.
Nasdaq Composite juga turun tajam 0,9% menjadi 7.712,95, dipimpin penurunan saham-saham Amazon dan Alphabet. Saham Amazon rontok 1,1% setelah Mahkamah Agung AS memutuskan negara dapat memaksa pembeli online untuk membayar pajak penjualan, CNBC International melaporkan.
"Perhatian telah kembali ke tarif," kata Michael Hans, chief investment officer di Clarfeld Financial Advisors. "Setelah beberapa kenaikan substansial, indeks-indeks utama telah berbalik arah."
"Ada sedikit periode konsolidasi setelah kenaikan tajam," tambah Hans.
Indeks-indeks utama Wall Street berada dalam tekanan pekan ini. Nasdaq mencatatkan rekor tertingginya di awal pekan namun melemah 0,4% sepanjang minggu ini. Sementara itu, Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 2,5% dan 1,1% sepanjang minggu.
Memanasnya perseteruan dagang antara AS dan China telah menekan saham-saham, terutama setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menerapkan bea impor tambahan terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar. China, sementara itu, mengatakan ancaman itu melanggar perundingan dan kesepakatan yang dicapai kedua negara sebelumnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average anjlok 0,8% ke posisi 24.461,7 dengan Intel dan Caterpillar menjadi saham dengan kinerja terburuk hari itu. Dow Jones juga mencatatkan delapan hari pelemahan berturut-turut yang merupakan rekor terpanjang sejak Maret 2017.
Indeks S&P 500 terkoreksi 0,6% menjadi 2.749,76 akibat saham-saham sektor energi yang jatuh 1,9%.
"Perhatian telah kembali ke tarif," kata Michael Hans, chief investment officer di Clarfeld Financial Advisors. "Setelah beberapa kenaikan substansial, indeks-indeks utama telah berbalik arah."
"Ada sedikit periode konsolidasi setelah kenaikan tajam," tambah Hans.
Indeks-indeks utama Wall Street berada dalam tekanan pekan ini. Nasdaq mencatatkan rekor tertingginya di awal pekan namun melemah 0,4% sepanjang minggu ini. Sementara itu, Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 2,5% dan 1,1% sepanjang minggu.
Memanasnya perseteruan dagang antara AS dan China telah menekan saham-saham, terutama setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menerapkan bea impor tambahan terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar. China, sementara itu, mengatakan ancaman itu melanggar perundingan dan kesepakatan yang dicapai kedua negara sebelumnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular