China Ngotot Tantang AS, Wall Street akan Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2018 18:13
Pada perdagangan hari ini, Wall Street akan dibuka melemah.
Foto: REUTERS/Chip East
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan hari ini (21/6/2018), Wall Street akan dibuka melemah. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama AS: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 73 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 5 dan 10 poin.

China nampaknya semakin panas menghadapi serangan-serangan kubu AS dalam bidang perdagangan. Tak tanggung-tanggung, kini perusahaan-perusahaan raksasa asal AS siap disasar oleh Negeri Panda.

Media milik pemerintah China The Global Times melaporkan pada hari ini bahwa jika Presiden AS Donald Trump tetap memperparah tensi dengan China di bidang perdagangan, China dapat membalasnya dengan menargetkan perusahaan-perusahaan anggota indeks Dow Jones, seperti dikutip dari CNBC International.

"Jika Trump terus memanaskan tensi (di bidang) perdagangan dengan China, kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa China akan menyerang balik dengan mengadopsi pendekatan garis keras menargetkan persusahaan-perusahaan anggota indeks Dow Jones," tulis The Global Times.

Sebagai catatan, indeks Dow Jones merupakan salah satu indeks saham utama di AS yang beranggotakan 30 saham perusahaan-perusahaan terbuka besar yang bermarkas di AS. Biasanya, perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks bergengsi ini merupakan pemimpin di industri yang digelutinya. Beberapa anggota dari indeks Dow Jones adalah Boeing, Apple, dan Nike.

Di sisi lain, potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali masih mengintai. Persepsi ini timbul menyusul pernyataan dari Gubernur The Fed Jerome Powell. Berbicara dalam forum ekonomi European Central Bank (ECB) di Sintra, Portugal, Powell kembali menegaskan komitmen bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara gradual.

"Dengan ekonomi AS yang semakin kuat, maka kemungkinan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap tetap kuat, meski pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih," kata Powell, dikutip dari Reuters.

Pada hari ini, investor akan mencermati data klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 16 Juni guna mencari petunjuk terkait arah kebijakan The Fed. Jika ada kejutan dari data ini, persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali bisa semakin menyeruak, memaksa investor melepas saham-saham yang dimilikinya.
(ank/hps) Next Article Setelah Nasdaq Pecah Rekor, Wall Street Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular