Sudah Terkoreksi Banyak, Bursa Saham Asia Rebound

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 June 2018 09:06
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: Reuters/Tyrone Siu
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia pada perdagangan pagi mayoritas dibuka menguat. Kekhawatiran terhadap perang dagang dan koreksi Wall Street tidak terlalu berpengaruh ke bursa Asia pagi ini, setelah kemarin terkoreksi dalam.

Indeks Nikkei menguat 0,27%, indeks Kospi menguat 0,43%, indeks Strait Times menguat 0,26%, dan indeks Hang Seng menguat 0,03%. Sementara itu, indeks Shanghai dibuka melemah 0,61%.

Penguatan bursa saham utama Kawasan Asia nampak merupakan rebound semata, pasca sudah terkoreksi cukup dalam. Di sisi lain, risiko perang dagang masih mengintai jalannya perdagangan.

Pada hari Senin waktu setempat (18/6/2018), Presiden Donald Trump mengeluarkan sebuah pernyataan yang isinya menjelaskan bahwa dirinya telah memerintahkan United States Trade Representative (USTR) untuk mengidentifikasi barang-barang impor asal China senilai US$ 200 miliar yang akan dikenakan bea masuk tambahan senilai 10%.

"Setelah proses hukum selesai, bea masuk ini akan berlaku jika China menolak untuk mengubah praktik-praktiknya (mencuri kekayaan intelektual dan teknologi asal AS) dan jika China bersikeras untuk menerapkan bea masuk yang baru-baru ini mereka umumkan".

Tak sampai disitu, Trump mengancam bahwa jika China kembali menaikkan bea masuk untuk barang-barang asal AS, bea masuk baru untuk produk-produk impor China lainnya senilai US$ 200 akan diterapkan.

Celakanya, kubu China tak melunak dan justru bereaksi keras terhadap keputusan dari Gedung Putih tersebut. Mengutip CNBC International, Menteri Perdagangan China mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan aksi balasan jika AS nantinya menerbitkan daftar barang-barang yang akan dikenakan bea masuk baru.

Dalam pernyataan yang dipublikasikan di situs resminya, mereka mengungkapkan bahwa China akan melindungi kepentingan-kepentingannya dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.

Menyebut bahwa negaranya tak menginginkan perang dagang, Kementerian Perdagangan China menyatakan tak takut untuk terlibat.

Dari sisi Negeri Paman Sam, sayangnya hal ini terjadi kala the Federal Reserve sudah semakin meninggalkan era suku bunga rendah. Pada minggu lalu, the Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps sembari memproyeksikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini.

Kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali nampak kian nyata, didukung oleh positifnya data ekonomi yang dirilis kemarin (19/6/2018). Pembangunan hunian baru periode Mei tercatat sebanyak 1,35 juta unit, lebih tinggi dari ekspektasi yang sebanyak 1,31 juta unit.

Kombinasi antara lemahnya perdagangan internasional (sebagai akibat perang dagang) dengan kenaikan suku bunga kredit (sebagai akibat kenaikan suku bunga acuan) tentu bukan kabar baik bagi ekonomi AS yang sedang panas-panasnya.

Pada dini hari tadi, 3 indeks saham utama di AS yakni Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq ditutup melemah akibat adanya risiko perang dagang, masing-masing sebesar 1,15%, 0,4%, dan 0,28%.
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular