Sepanjang Liburan, Dolar AS Sibuk Unjuk Gigi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 June 2018 17:04
Sepanjang libur lebaran, dolar AS sibuk menunjukkan tajinya melawan mata uang utama dunia lainnya.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang libur lebaran (11 Juni sampai berita ini diturunkan), dolar AS sibuk menunjukkan tajinya melawan mata uang utama dunia lainnya. Melawan euro, dolar AS menguat sebesar 1,82%.

Melawan poundsterling, dolar AS menguat 1,69%. Melawan yen, dolar AS menguat 0,24%. Melawan dolar Australia, dolar AS menguat 3,04%. Melawan dolar New Zealand, dolar AS menguat 1,82%. Melawan dolar Kanada, dolar AS menguat 2,39%. Sementara melawan franc, dolar AS menguat 1,07%.

Potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve telah berhasil membawa dolar AS ke posisi yang sangat kuat. Sebelum pertemuannya pada pekan lalu, the Fed hanya memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini, ditunjukkan oleh median dari dot plot yang berada di level 2-2,25%.

Namun dalam rilis hasil pertemuannya pada hari Rabu waktu setempat (13/6/2018), median dari dot plot telah bergeser ke level 2,25-2,5%, mengindikasikan kenaikan sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini (4 kali secara keseluruhan).

Valuasi dari nilai tukar memang sangat tergantung kepada tingkat suku bunga acuan. Ketika ada kenaikan suku bunga acuan, maka jumlah uang beredar (JUB) akan berkurang sehingga nilai dari mata uang yang bersangkutan menjadi naik. Investor pun melakukan price-in atas hal tersebut dengan membeli dolar AS.

Apalagi, rilis data ekonomi belakangan ini juga begitu positif, menandadakan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam terus berada di jalur pemulihan. Potensi kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali lantas dianggap bukan isapan jempol belaka.

Pada tanggal 14 Juni waktu setempat, angka klaim pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 4 Juni diumumkan sebanyak 218.000 jiwa, lebih rendah dari konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 224.000 jiwa. Kemudian, penjualan ritel untuk periode Mei tercatat tumbuh sebesar 0,8% MoM, jauh melebihi konsensus yang sebesar 0,4% MoM saja.

Dari Benua Biru, hasil pertemuan bank sentral Eropa yakni European Central Bank (ECB) pada hari Kamis (14/6/2018) ikut membantu menempatkan dolar AS dalam posisi yang perkasa. Walaupun ECB mengumumkan berakhirnya suntikan stimulus moneter (quantitative easing/QE) pada akhir 2018, mereka juga memperkirakan bahwa tingkat suku bunga akan tetap pada level saat ini setidaknya sampai musim panas tahun depan, lebih lama dari perkiraan investor.

Tiga tingkat suku bunga yaitu main refinancing rate, marginal lending facility rate, dan deposit facility rate pada hari Kamis diputuskan tak berubah masing-masing di level 0%, 0,25%, dan -0,4%.

Suku bunga yang masih rendah mengindikasikan bahwa euro belum akan tersedot dari peredaran. Akibatnya, euro menjadi kehilangan pijakannya di hadapan dolar AS. Pasca pengumuman oleh ECB, euro melemah hingga 1,89% terhadap dolar AS ke level €1,1568.

Nasib Rupiah
Investor di pasar modal pun harus berhati-hati. Pasalnya, investor belum sempat melakukan price-in atas hal-hal di atas dikarenakan adanya libur lebaran. Pada saat perdagangan dibuka besok, rupiah bisa berada dalam tekanan yang besar.
(ank/hps) Next Article Minggu Ini Jadi Ajang Unjuk Gigi Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular