Dampak Perang Dagang AS-China Pada Minyak dan Batu Bara

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
19 June 2018 15:19
Perang dagang AS-China kembali memanas, bagaimana dampaknya pada harga minyak dan batu bara?
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia- Perang dagang Amerika Serikat (AS) melawan China kembali memanas. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk terhadap 818 produk asal China. Kebijakan yang dilatarbelakangi pandangan America First, karena produk asal China dinilai mengganggu industri dan lapangan kerja dalam negeri.

China pun langsung melancarkan serangan balasan dengan membebankan bea masuk kepada 659 produk AS, berlaku mulai 6 Juli. Salah satu komoditas yang terkena bea masuk yaitu komoditas energi, seperti minyak mentah dan batu bara. Sentimen ini lantas sukses menekan harga kedua sumber energi utama dunia tersebut.

Sebagai informasi, hingga pukul 14:22 WIB hari ini, harga minyak jenis light sweet melemah 0,99% ke US$65,20/barel, sementara harga minyak jenis brent juga turun 1,02% ke US$74,57/barel. Senada dengan harga sang emas hitam, harga batu bara juga turun 0,18% ke US$110,62/metrik ton hingga pukul 13:45 WIB hari ini.

Seberapa besar dampak perang dagang antara kedua perekonomian terbesar di dunia ini terhadap minyak mentah dan batu bara? Berikut ulasan Tim CNBC Indonesia melansir komentar dari analis senior Wood Mackenzie.

Dampak Pada Minyak Mentah
Suresh Sivanandam, Senior Manager, Asia Refining, dari Wood Mackenzie menyatakan bahwa kebijakan kenaikan bea masuk oleh China akan memilik dampak yang cukup signifkan bagi arus perdagangan minyak mentah antara AS-China.

Ekspor minyak mentah AS ke China berada dalam rentang 300.000 barel per hari (bph) pada kuartal I-2018, atau sekitar 20% lebih dari total ekspor minyak mentah Negeri Paman Sam. Hal ini menunjukkan bahwa China merupakan tujuan utama ekspor minyak mentah yang signifikan bagi AS. Bahkan ekspor minyak diindikasikan akan lebih besar lagi pada kuartal II-2018.

Besarnya ekspor minyak mentah AS ke China sesuai dengan produksi minyak mentah Negeri Tirai Bambu yang sedang dalam tren menurun, juga kapasitas pengilangan minyak yang meningkat di negeri berpenduduk terbanyak di dunia tersebut. Pada jangka menengah hingga 2023, Wood Mackenzie memroyeksikan ekspor minyak mentah AS ke China akan meningkat 2 kali lipat dari volume saat ini, apabila menggunakan basis perdagangan bebas.

Namun dengan adanya penetapan bea masuk minyak mentah oleh China, maka muncul risiko penurunan yang signifikan dari proyeksi yang ditetapkan Wood Mackenzie tersebut. Pasalnya, China dapat mencari sumber alternatif dari Afrika Barat yang memiliki kualitas minyak mentah yang serupa dengan AS. Di sisi lain, AS akan kesulitan untuk mencari alternatif pasar yang memiliki ukuran sebesar China.

Dampak pada Batu Bara
Shirley Zang, principal analyst, Asia Coal Markets, dari Wood Mackenzie menyampaikan bahwa dampak perang dagang AS-China terhadap batu bara nampaknya kurang signifikan, secara skala.

Pada kuartal I-2018, China hanya mengimpor 400.000 ton batu bara dari AS, atau hanya sekitar 2,6% dari total impor batu bara China, dan 1,7% dari total ekspor batu bara AS. Apabila dilihat secara historis, kontribusi batu bara AS ke China paling tinggi hanya mencapai 4% pada tahun 2012.

Sebelum adanya kenaikan, bea masuk batu bara China untuk AS hanya sekitar 3-6%, sementara untuk Australia dan Indonesia dibebaskan. Mempertimbangkan biaya pengiriman yang lebih tinggi, AS memang tidak pernah menjadi pemasok batu bara yang kompetitif secara biaya ke China, kecuali jika terjadi disrupsi pasokan besar yang tidak terduga dari Australia.

Sebenarnya dengan konsumsi domestik yang lemah, produsen batu bara AS akan lebih terpicu untuk memasok batu bara ke pasar Pasifik, apalagi harga batu bara saat ini juga sedang dalam tren kenaikan. Namun dengan bea impor yang lebih tinggi dari China, AS mungkin harus mengarahkan pengiriman batu bara ke tempat lain seperti India atau EMEARC (Eropa, Timur Tengah, Afrika, Rusia, dan Kaspia) dalam jangka waktu yang lebih panjang, untuk mendapatkan margin yang lebih baik.
 


(gus) Next Article Krisis Pasokan di Venezuela, Harga Minyak Melambung Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular