Perang Dagang dan Wacana Kenaikan Produksi Tekan Harga Minyak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 June 2018 10:52
Seperti kemarin, si emas hitam terbeban oleh sentimen perang dagang dan kemungkinan bertambahnya pasokan.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia masih melanjutkan koreksinya. Seperti kemarin, si emas hitam terbeban oleh sentimen perang dagang dan kemungkinan bertambahnya pasokan. 

Pada Selasa (19/6/2018) pukul 10:33 WIB, harga minyak jenis light sweet turun 0,52% ke US$ 65,50/barel. Sementara brent turun 0,66% ke US$ 74,83/barel. 

Harga minyak (Reuters)

Ada dua sentimen yang membebani harga minyak. Pertama adalah babak baru drama perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China. Setelah akhir pekan lalu mengumumkan bea masuk 25% bagi 818 produk China, kini Presiden AS Donald Trump akan menambah lagi kebijakan proteksi perdagangan.  

Kali ini, Trump mengancam akan mengenakan bea masuk 10% bagi berbagai produk asal Negeri Tirai Bambu. Ancaman ini muncul setelah China membalas perlakuan AS dengan menerapkan bea masuk 25% bagi 659 produk Negeri Paman Sam.  

"Setelah proses legal-formal selesai, maka bea masuk ini akan berlaku efektif bila China tidak mengubah kebijakannya. Jika diperlukan, maka kami akan memberlakukan bea masuk tambahan lainnya," tegas Trump, dikutip dari Reuters. 

Menghadapi ancaman Trump, Beijing tidak gentar. Kementerian Perdagangan China menegaskan pemerintah akan melawan balik. 

"Tindakan AS adalah bentuk penekanan dan pemerasan, menyalahi keputusan bersama yang dibuat kedua pihak di beberapa kesempatan. Ini adalah kekecewaan bagi dunia. AS telah memulai perang dagang yang tidak hanya melukai rakyat China dan AS, tetapi seluruh dunia," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. 

Sentimen kedua adalah kemungkinan bertambahnya pasokan minyak dunia. Akhir pekan ini, Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) akan mengadakan pertemuan di Wina, Austria. Dalam pertemuan ini, pelaku pasar memperkirakan ada pembahasan soal mengurangi pemotongan produksi. 

Pada awal 2017, OPEC dan negara-negara produsen minyak utama sepakat untuk mengurangi produksi demi mengatrol harga yang sempat jatuh ke kisaran US$ 30/barel. Namun kebijakan ini tengah di ujung tanduk karena Rusia dan Arab Saudi (pimpinan OPEC secara de facto) sepakat untuk mulai mengurangi kadar pemangkasan produksi. 

Namun wacana ini diperkirakan tidak akan mulus. Suara para anggota OPEC terpecah karena beberapa negara seperti Venezuela, Iran, atau Irak tetap ingin mempertahankan pemotongan produksi agar harga minyak bertahan di level tinggi. 

"OPEC terpecah. Sepertinya Iran, Irak, dan Venezuela berusaha untuk memveto kenaikan produksi," ungkap Greg McKenna, Chief Market Strategist di AxiTrader, dikutip dari Reuters. 

Harga minyak sepertinya masih akan berfluktuasi sampai pertemuan OPEC. Jika OPEC benar-benar mengeksekusi kenaikan produksi, maka harga si emas hitam masih akan tertekan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Harga Minyak Turun (Lagi)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular