Rupiah Dihantui Dolar AS, BI Perlu Naikkan Bunga (Lagi)?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
19 June 2018 10:35
Penguatan dolar AS dalam beberapa hari terakhir dikhawatirkan akan memberikan pengaruh bagi pergerakan nilai tukar Rupiah
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan dolar AS dalam beberapa hari terakhir dikhawatirkan akan memberikan pengaruh bagi pergerakan nilai tukar Rupiah pada awal pembukaan perdagangan, Kamis (21/6/2018) pasca libur Lebaran.

Bahkan, tak sedikit ekonom yang memperkirakan greenback akan berada pada rentang Rp 14.000/US$ - Rp 14.100/US$ pasca masa liburan. Adapun pada penutupan perdagangan sebelum libur Lebaran, dolar AS berada di Rp 13.900/US$.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, upaya stabilisasi dengan menempuh penyesuaian suku bunga perlu dilakukan Bank Indonesia (BI) untuk meredam tekanan penguatan greenback terhadap nilai tukar.

"Seandainya volatilitas rupiah cenderung tinggi pada semester II-2018, saya pikir ada potensi BI kembali menaikkan suku bunga acuan," kata Josua kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/6/2018).

Josua menjelaskan, hasil rapat Anggota Dewan Gubernur Fed (FOMC) dan meningkatnya potensi risiko perang dagang antara AS dan China memicu penguatan mata uang Paman Sam dalam beberapa hari terakhir.

Dia memperkirakan, pergerakan rupiah di pasar spot pada awal perdagangan pasca libur Lebaran melemah di rentang Rp 14.100/US$ - Rp 14.175/US$, mengingat Non-Deliverable Forward (NDF) jangka 1 bulan terakhir cenderung menguat 1%.

"Namun demikian, nilai tukar rupiah diperkirkan cenderung stabil mengingat BI sudah melakukan kebijakan pre-emptive, front loading dan ahead the curve," ungkapnya.

Sementara itu, Ekonom Bank Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, BI tidak akan begitu saja mengetatkan kebijakan moneternya, meskipun nilai tukar rupiah berpotensi melemah di awal pembukaan pasca libur Lebaran.

Menurutnya, bank sentral akan tetap mempertimbangkan data-data perekonomian global maupun dalam negeri sebelum menentukan arah kebijakan moneternya ke depan.

Sebagai informasi, BI telah menegaskan komitmennya untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tak terlempar jauh dari fundamentalnya. BI tidak ingin, pelemahan rupiah menjadi tidak wajar dan menyebabkan pesimis bagi pelaku pasar.

"Yang penting terhadap rupiah adalah menjaga nilai tukar tetap stabil atau seandainya melemah akan terjadi secara wajar, tidak overshooting," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia.

BI, sambung dia, pun akan terus melakukan komunikasi secara transparan dengan para pelaku ekonomi sebagai upaya umenumbuhkan optimisme terhadap prospek perekonomian domestik.

"BI akan terus melakukan dengan pelaku ekonomi untuk transparansi kondisi ekonomi domestik, outlook, dan risiko serta respon kebijakan yang tengah dan akan dilakukan," jelasnya.

Selain itu, BI akan mengkalibrasi perkembangan perekonomian global serta dampaknya terhadap perekonomian domestik. Jika diperlukan, bank sentral tiak akan segan kembali melakukan penyesuaian suku bunga.

"Sebagaimana dalam statement Gubernur, BI akan terus melakukan kalibrasi perkembangan di eksternal dan dampaknya ke domestik. Serta jika diperlukan, membuka ruang untuk penyesuaian berikutnya atas suku bunga," ungkapnya.

Sebagai informasi, dalam kurun waktu satu bulan terakhir, bank sentral telah menaikkan bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) sebagai salah satu langkah melakukan stabilisasi
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular