Internasional

Goldman Sachs: China Bakal Ambil Kebijakan Moneter Longgar

Roy Franedya, CNBC Indonesia
18 June 2018 15:57
Antisipasi risiko perang dagang, Goldman Sachs prediksi GWM akan turun 50 bps dan 7-day repo rate turun dari 3% jadi 2,75%.
Foto: Adam Jeffrey/CNBC International
Jakarta, CNBC Indonesia - Goldman sachs memperkirakan pemerintah China akan mengambil stance moneter lebih longgar untuk menghadapi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang kemungkinan dampak langsungnya terbatas pada ekonomi, tetapi risiko meningkat.

Pada Jumat lalu, Trump mengenakan tarif tambahan baru sebesar US$50 miliar pada impor China. Aturan ini datang setelah AS menerapkan tarif impor baja dan aluminium yang sudah berlaku awal Juni 2018.

China membalas dengan cepat dengan menerapkan asas resiprokal dengan mengenakan tarif pada produk impor baru sebesar US$34 miliar. Produk yang dikenakan tarif mulai dari kedelai, kendaraan bermotor hingga makanan laut.

Analis Goldman Sachs meramalkan tarif baru ini hanya akan membuat ekonomi China turun 10-20 basis point (bps). Besaran yang sama juga akan mempengaruhi indeks harga konsumen (IHK).

Goldman memperkirakan pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,6 persen tahun ini. Pekan lalu, Goldman Sachs memperkirakan inflasi akan tetap "rendah" dalam beberapa bulan mendatang setelah angka IHK bulan Mei tidak berubah pada 1,8% secara tahunan atau year on year (yoy).

"Tarif yang diumumkan sejauh ini seharusnya memiliki efek makro yang relatif kecil, tetapi jelas ada risiko eskalasi lebih lanjut," ujar analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan pada Minggu (17/6/2018), seperti dilansir dari CNBC International.

Goldman juga menyesuaikan perkiraan untuk Giro Wajib Minimum (GWM) dan 7-day reverse repurchase agreements (7-Day RR), alat moneter ang sentral untuk mengelola likuiditas antarbank, yang mencerminkan "harapan kebijakan sedikit lebih longgar," tulis Goldman Sachs.

Bank investasi ini menurunkan perkiraan 7-day RR menjadi 2,75% dari 3% pada akhir tahun, dan Bank Sentral akan menurunkan GWM 50 bps.

Pada bulan April, PBOC secara tak terduga memotong GWM sebesar 100 basis poin menjadi 16% untuk institusi besar dan 14% untuk bank yang lebih kecil.

Kepala Ekonom Zhongyuan Bank Wang Jun mengatakan China dan AS telah memasuki era "pembicaraan dan perjuangan" di mana friksi perdagangan akan menjadi normal dan dampaknya tidak akan terhindarkan.

"Kita cenderung melihat perang dingin dari ekonomi ke daerah lain," katanya. "Kita harus siap untuk konflik berkelanjutan dan friksi jangka panjang dan manuver antara kedua negara."

Para ekonom mengatakan dampak perang dagang pada perekonomian AS akan diredam. "Ekspor produk China ke AS akan terpengaruh tetapi tidak untuk pasar luar negeri lainnya. Pasar China cukup besar untuk mendukung pengembangan industri yang relevan. Oleh karena itu, dampaknya akan terbatas," ujar Kepala Ekonom Industrial Bank Co Ltd Lu Zhengwei.



(roy/dru) Next Article Jaga Likuiditas, China Tempuh Kebijakan Moneter Netral

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular