
Sepekan, Rupiah Melemah 0,41% Terhadap Dolar AS
09 June 2018 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bergerak melemah sepanjang perdagangan sepekan ini.
Meskipun sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat di awal pekan, namun rupiah berbalik melemah menjelang akhir pekan akibat pengaruh faktor global dan domestik.
Selama sepekan, rupiah terdepresiasi 0,41% terhadap dolar AS dengan nilai rata-rata berada di kisaran Rp 13.876/US$. Sementara secara month to date (Mtd) pelemahan rupiah hanya sebesar 0,25% terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
Sementara itu, dibandingkan dengan mata uang di negara-negara ASEAN, nasib rupiah juga kurang baik. Bersama ringgit Malaysia, baht Thailand dan Peso Filipina, rupiah menjadi mata uang terburuk selama sepekan terakhir.
Di awal pekan, rupiah sebenarnya sempat mendapat momentum penguatan. Salah satunya datang dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo bahwa BI kembali membuka ruang untuk menyesuaikan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate dengan melihat situasi ekonomi global.
Pernyataan ini memperlihatkan bahwa BI dibawah komando Perry berupaya untuk menerapkan kebijakan moneter yang bersifat ahead of the curve. Terlebih perhatian saat ini tertuju kepada rapat The Federal Reserve/The Fed yang akan diadakan pada 12 juni mendatang.
Semua mata tertuju kepada pertemuan tersebut seraya menunggu bagaimana arah kebijakan moneter yang akan diambil bank sentral Amerika Serikat itu. Pasar masih mereka-reka apakah the Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau tidak.
Namun, sebagian kalangan meyakini The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya merujuk pada data perekonomian di negeri Paman Sam. Salah satunya adalah tingkat pengangguran.
Rilis data terbaru menunjukkan tingkat pengangguran di AS saat ini menyentuh angka 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir. Penurunan angka pengangguran mengidikasikan ekonomi negara tersebut semakin tumbuh sehingga kemungkinan besar the Fed bisa menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah overheating.
Akibatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan kembali mengemuka dan menekan posisi rupiah.
Meskipun sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat di awal pekan, namun rupiah berbalik melemah menjelang akhir pekan akibat pengaruh faktor global dan domestik.
Selama sepekan, rupiah terdepresiasi 0,41% terhadap dolar AS dengan nilai rata-rata berada di kisaran Rp 13.876/US$. Sementara secara month to date (Mtd) pelemahan rupiah hanya sebesar 0,25% terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
![]() |
Sementara itu, dibandingkan dengan mata uang di negara-negara ASEAN, nasib rupiah juga kurang baik. Bersama ringgit Malaysia, baht Thailand dan Peso Filipina, rupiah menjadi mata uang terburuk selama sepekan terakhir.
![]() |
Di awal pekan, rupiah sebenarnya sempat mendapat momentum penguatan. Salah satunya datang dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo bahwa BI kembali membuka ruang untuk menyesuaikan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate dengan melihat situasi ekonomi global.
Pernyataan ini memperlihatkan bahwa BI dibawah komando Perry berupaya untuk menerapkan kebijakan moneter yang bersifat ahead of the curve. Terlebih perhatian saat ini tertuju kepada rapat The Federal Reserve/The Fed yang akan diadakan pada 12 juni mendatang.
Semua mata tertuju kepada pertemuan tersebut seraya menunggu bagaimana arah kebijakan moneter yang akan diambil bank sentral Amerika Serikat itu. Pasar masih mereka-reka apakah the Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau tidak.
Namun, sebagian kalangan meyakini The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya merujuk pada data perekonomian di negeri Paman Sam. Salah satunya adalah tingkat pengangguran.
Rilis data terbaru menunjukkan tingkat pengangguran di AS saat ini menyentuh angka 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir. Penurunan angka pengangguran mengidikasikan ekonomi negara tersebut semakin tumbuh sehingga kemungkinan besar the Fed bisa menaikkan suku bunga acuan untuk mencegah overheating.
Akibatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan kembali mengemuka dan menekan posisi rupiah.
Pages
Most Popular