
Wokee: Andalan Bukopin Menangi Persaingan Digital
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 June 2018 21:15

Di era revolusi industri 4.0 (digitalisasi), ada ciri khusus yang tidak terdapat dalam revolusi industri di era-era sebelumnya, yakni disrupsi (gangguan) oleh kuda-kuda hitam di bidak catur, yang semula tidak diperhatikan.
Di industri taksi, misalnya, aplikasi pemesanan taksi via smartphone telah muncul di Jepang pada tahun 2011. Namun, pelaku industri taksi konvensional abai dengan itu sampai kemudian perusahaan-perusahaan startup seperti Grab dan Uber mengembangkan aplikasi serupa untuk bisnis pemesanan mobil (ride-hailing app).
Bisnis berbasis end-to-end service tersebut memotong rantai layanan panjang yang tak ekonomis dalam industri taksi. Akibatnya, startup pendatang baru itu mendisrupsi tidak hanya pangsa pasar tetapi juga model bisnis mereka yang tidak user-friendly itu.
Di perbankan, hal serupa juga bisa terjadi jika pelaku industri perbankan tidak bisa membuat bisnisnya sefleksibel fintech yang juga menawarkan kemudahan layanan dan efisiensi ala end-to-end service.
Mengutip simpulan McKinsey, industri perbankan harus menemukan “cara untuk membuat layanan mereka tetap relevan” di masyarakat yang kian terkoneksi dengan layanan digital. Jika tidak, mereka akan kehilangan nasabahnya.
Inilah mengapa inovasi teknologi, berupa layanan keuangan berbasis digital seperti Wokee menjadi terobosan penting Bank Bukopin guna menghadapi peta persaingan industri keuangan yang semakin ketat.
Bank Bukopin mencatat digitalisasi produk dan layanan menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong peningkatan layanan dan loyalitas nasabahnya hingga bank tersebut sukses menggondol enam penghargaan sekaligus dalam ajang Service Level Engagement Award 2018 dari Majalah Infobank.
Langkah terobosan lain yang diambil Bank Bukopin adalah dengan memacu pendapatan non-bunga (fee-based income) dengan ekspansi ke bisnis yang memiliki ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko) rendah.
“Sejumlah langkah terobosan ini menjadi kunci bagi Bank Bukopin untuk memastikan kualitas pelayanan prima dan up to date ke seluruh nasabah, serta memacu pertumbuhan bisnis Perseroan,” ujar Adhi.
Atas beragam inovasinya di bidang fintech dan teknologi perbankan digital, Bank Bukopin juga meraih penghargaan Digital Innovation Award 2018 dari Majalah Warta Ekonomi pada Mei silam. Ini merupakan kali kedua bagi Bank Bukopin meraih penghargaan itu setelah sebelumnya memperoleh penghargaan sama pada 2017.
Sebelumnya, Bank Bukopin juga berhasil meraih penghargaan Apresiasi Inovasi 2017 kategori inovasi produk dan teknologi dari MNC Group.
“Berbagai penghargaan dari pihak ketiga ini tentu menjadi pemacu bagi kami untuk senantiasa meningkatkan inovasi dalam produk dan layanan,” ujar General Manager Teknologi Informasi Bank Bukopin, Agus Setiono.
(ags/dob)
Di industri taksi, misalnya, aplikasi pemesanan taksi via smartphone telah muncul di Jepang pada tahun 2011. Namun, pelaku industri taksi konvensional abai dengan itu sampai kemudian perusahaan-perusahaan startup seperti Grab dan Uber mengembangkan aplikasi serupa untuk bisnis pemesanan mobil (ride-hailing app).
Bisnis berbasis end-to-end service tersebut memotong rantai layanan panjang yang tak ekonomis dalam industri taksi. Akibatnya, startup pendatang baru itu mendisrupsi tidak hanya pangsa pasar tetapi juga model bisnis mereka yang tidak user-friendly itu.
Mengutip simpulan McKinsey, industri perbankan harus menemukan “cara untuk membuat layanan mereka tetap relevan” di masyarakat yang kian terkoneksi dengan layanan digital. Jika tidak, mereka akan kehilangan nasabahnya.
Inilah mengapa inovasi teknologi, berupa layanan keuangan berbasis digital seperti Wokee menjadi terobosan penting Bank Bukopin guna menghadapi peta persaingan industri keuangan yang semakin ketat.
Bank Bukopin mencatat digitalisasi produk dan layanan menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong peningkatan layanan dan loyalitas nasabahnya hingga bank tersebut sukses menggondol enam penghargaan sekaligus dalam ajang Service Level Engagement Award 2018 dari Majalah Infobank.
Langkah terobosan lain yang diambil Bank Bukopin adalah dengan memacu pendapatan non-bunga (fee-based income) dengan ekspansi ke bisnis yang memiliki ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko) rendah.
“Sejumlah langkah terobosan ini menjadi kunci bagi Bank Bukopin untuk memastikan kualitas pelayanan prima dan up to date ke seluruh nasabah, serta memacu pertumbuhan bisnis Perseroan,” ujar Adhi.
Atas beragam inovasinya di bidang fintech dan teknologi perbankan digital, Bank Bukopin juga meraih penghargaan Digital Innovation Award 2018 dari Majalah Warta Ekonomi pada Mei silam. Ini merupakan kali kedua bagi Bank Bukopin meraih penghargaan itu setelah sebelumnya memperoleh penghargaan sama pada 2017.
Sebelumnya, Bank Bukopin juga berhasil meraih penghargaan Apresiasi Inovasi 2017 kategori inovasi produk dan teknologi dari MNC Group.
“Berbagai penghargaan dari pihak ketiga ini tentu menjadi pemacu bagi kami untuk senantiasa meningkatkan inovasi dalam produk dan layanan,” ujar General Manager Teknologi Informasi Bank Bukopin, Agus Setiono.
(ags/dob)
Pages
Most Popular