Wokee: Andalan Bukopin Menangi Persaingan Digital

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 June 2018 21:15
Wokee: Andalan Bukopin Menangi Persaingan Digital
Foto: ist Bank Bukopin
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah tantangan digital, layanan berbasis financial technology (fintech) yang selama ini dinilai sebagai calon kompetitor layanan bank justru berpeluang menjadi solusi.

Kesimpulan itu bisa ditemukan dalam riset terbaru McKinsey yang berjudul "Asia's Digital Banking Race: Giving Customers What They Want." Riset yang dirilis pada April 2018 ini menegaskan bahwa bank tidak lagi bsa mengandalkan layanan konvensionalnya.

"Nasabah akan terus mengadopsi kanal digital dalam layanan perbankan. Untuk memperkuat loyalitas nasabah, bank harus membuat upaya kolaboratif untuk meningkatkan kepuasan nasabah, terutama melalui jalur digital," tulis McKinsey.

Firma konsultan global tersebut menekankan bahwa jika bank bisa menyerap keunggulan digitalisasi, mereka masih bisa tetap mendapatkan posisi "relevan" dalam lingkungan keuangan yang berubah cepat dan drastis seperti sekarang ini.

Karena itu, tidak heran jika kemudian para bankir mulai memperkuat investasi di bidang teknologi, bukan untuk layanan back-end seperti yang terjadi di era-era sebelumnya, melainkan layanan front-end yang berorientasi pada nasabah.

Tidak ingin ketinggalan, PT Bank Bukopin Tbk masuk ke kancah persaingan layanan digital keuangan dengan melahirkan Wokee, salah satu aplikasi perbankan digital dengan fitur terlengkap.

"Aplikasi perbankan digital saat ini telah menjadi kebutuhan sebagian besar nasabah. Kami terus berupaya memacu penetrasi Wokee dan menyasar generasi milenial sebagai target pasar utama," tutur Direktur Konsumer Bank Bukopin Rivan A. Purwantono, pada Rabu (6/6/2018).

Wokee merupakan aplikasi perbankan digital karya Bank Bukopin yang dapat diunduh gratis lewat ponsel pintar (smartphone). Aplikasi ini menyediakan beragam layanan perbankan digital, yang dulu harus diakses dengan antri di kantor atau di anjungan tunai mandiri (ATM).

Misalnya, tarik tunai tanpa kartu ATM, transfer, pembayaran tagihan, dan transaksi belanja dengan QR Code. Demikian juga dengan pembukaan rekening online, split bills, cash management dan beragam fitur lainnya.

Rivan sadar benar bahwa pesatnya perkembangan teknologi informasi akan mengubah wajah industri perbankan. Oleh karena itu, Wokee diluncurkan sebagai strategi mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap layanan fintech.

"Banyak yang mengkhawatirkan fintech akan menjadi ancaman bagi industri perbankan. Namun Bank Bukopin justru melihat fintech sebagai mitra yang andal untuk berkolaborasi."

Bukan rahasia lagi, Bukopin menginisiasi kolaborasi dengan perusahaan startup fintech melalui BNVLabs, untuk bersama-sama membangun ekosistem teknologi finansial di Tanah Air. BNVLabs merupakan inkubator startup di bidang fintech yang dikembangkan Bank Bukopin.

"Di BNVLabs, kami berupaya menyediakan kebutuhan bagi para startup fintech untuk mengembangkan bisnisnya," ujar Direktur Operasi dan Teknologi Informasi Bank Bukopin, Adhi Brahmantya.

Melalui BNVLabs, para startup dibantu untuk mendapat akses pasar, business support, program pengembangan kapasitas, end to end ecosystem connection hingga fasilitas co-working space.


Di era revolusi industri 4.0 (digitalisasi), ada ciri khusus yang tidak terdapat dalam revolusi industri di era-era sebelumnya, yakni disrupsi (gangguan) oleh kuda-kuda hitam di bidak catur, yang semula tidak diperhatikan.

Di industri taksi, misalnya, aplikasi pemesanan taksi via smartphone telah muncul di Jepang pada tahun 2011. Namun, pelaku industri taksi konvensional abai dengan itu sampai kemudian perusahaan-perusahaan startup seperti Grab dan Uber mengembangkan aplikasi serupa untuk bisnis pemesanan mobil (ride-hailing app).

Bisnis berbasis end-to-end service tersebut memotong rantai layanan panjang yang tak ekonomis dalam industri taksi. Akibatnya, startup pendatang baru itu mendisrupsi tidak hanya pangsa pasar tetapi juga model bisnis mereka yang tidak user-friendly itu.

Di perbankan, hal serupa juga bisa terjadi jika pelaku industri perbankan tidak bisa membuat bisnisnya sefleksibel fintech yang juga menawarkan kemudahan layanan dan efisiensi ala end-to-end service.

Mengutip simpulan McKinsey, industri perbankan harus menemukan “cara untuk membuat layanan mereka tetap relevan” di masyarakat yang kian terkoneksi dengan layanan digital. Jika tidak, mereka akan kehilangan nasabahnya.

Inilah mengapa inovasi teknologi, berupa layanan keuangan berbasis digital seperti Wokee menjadi terobosan penting Bank Bukopin guna menghadapi peta persaingan industri keuangan yang semakin ketat.

Bank Bukopin mencatat digitalisasi produk dan layanan menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong peningkatan layanan dan loyalitas nasabahnya hingga bank tersebut sukses menggondol enam penghargaan sekaligus dalam ajang Service Level Engagement Award 2018 dari Majalah Infobank.

Langkah terobosan lain yang diambil Bank Bukopin adalah dengan memacu pendapatan non-bunga (fee-based income) dengan ekspansi ke bisnis yang memiliki ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko) rendah.

“Sejumlah langkah terobosan ini menjadi kunci bagi Bank Bukopin untuk memastikan kualitas pelayanan prima dan up to date ke seluruh nasabah, serta memacu pertumbuhan bisnis Perseroan,” ujar Adhi.

Atas beragam inovasinya di bidang fintech dan teknologi perbankan digital, Bank Bukopin juga meraih penghargaan Digital Innovation Award 2018 dari Majalah Warta Ekonomi pada Mei silam. Ini merupakan kali kedua bagi Bank Bukopin meraih penghargaan itu setelah sebelumnya memperoleh penghargaan sama pada 2017.

Sebelumnya, Bank Bukopin juga berhasil meraih penghargaan Apresiasi Inovasi 2017 kategori inovasi produk dan teknologi dari MNC Group.

“Berbagai penghargaan dari pihak ketiga ini tentu menjadi pemacu bagi kami untuk senantiasa meningkatkan inovasi dalam produk dan layanan,” ujar General Manager Teknologi Informasi Bank Bukopin, Agus Setiono.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular