Surplus Dagang China-AS Melebar, Indeks Shanghai Makin Anjlok

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 June 2018 11:05
Indeks Shanghai semakin terpuruk pasca rilis data perdagangan periode Mei diumumkan.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai semakin terpuruk pasca rilis data perdagangan periode Mei diumumkan. Sepanjang bulan Mei, ekspor Negeri panda tercatat tumbuh sebesar 12,6% YoY dalam satuan dolar AS, di atas konsensus Reuters yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 10% YoY.

Sementara itu, impor meroket hingga 26% YoY, jauh di atas konsensus yang sebesar 18,7% YoY saja. Akibatnya, surplus neraca dagang hanya tercatat sebesar US$ 24,92 miliar, jauh di bawah ekspektasi yang sebesar US$ 31,9 miliar.

Reaksi dari pengumuman data ini di pasar saham adalah negatif. Sebelum data perdagangan diumumkan, indeks Shanghai berada di level 3.075,21 (-1,1% dibandingkan penutupan kemarin, 7/6/2018).

Indeks Shanghai lantas turun sampai titik terendahnya di level 3.067,28 (-1,36%). Saat ini, indeks Shanghai berada di posisi 3.070,48 (-1,26%).

Dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), impor memang dijadikan elemen pengurang. Semakin tinggi impor, PDB dari suatu negara akan semakin rendah.

Bagi China yang saat ini sedang berusaha membuktikan diri bahwa perekonomiannya masih relatif baik, tekanan yang berasal dari lonjakan impor memang bisa menjadi kabar yang kurang sedap.

Apalagi, terlepas dari adanya lonjakan impor, surplus dagang China dengan AS justru malah melebar menjadi US$ 24,58 miliar. Pada bulan April, nilainya masih sebesar US$ 22,15 miliar. Secara kumulatif sepanjang Januari-Mei 2018, surplus dagang China dengan AS tercatat sebesar US$ 104,85 miliar.

Hal ini bisa semakin membuat AS geram dan benar-benar mengeksekusi rencananya untuk menaikkan bea masuk bagi senilai US$ 50 miliar produk impor asal Negeri Panda. Hal ini lagi-lagi bukan berita baik bagi pasar saham.
(ank/hps) Next Article Permintaan Lemah, Ekspor-Impor China Melambat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular