
Kabar dari Irak dan Venezuela Sokong Harga Minyak Pagi Ini
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
07 June 2018 09:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) anjlok 1,21%, sementara brent yang menjadi acuan di Eropa turun tipis 0,03%, pada perdagangan hari Rabu (06/06/2108).
Penyebabnya adalah cadangan minyak mentah AS yang naik 2,1 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 1 Juni, sepertil dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA), jauh melebihi ekspektasi analis yang mengestimasikan penurunan sebesar 1,8 juta barel.
Tidak hanya itu, EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam juga kembali mencetak rekor baru sepanjang sejarah, di angka 10,8 juta barel per hari (bph) di sepanjang pekan lalu.
Sebagai informasi, merespon pengumuman data itu, harga minyak langsung amblas. Light sweet sempat terkoreksi hingga 1,62% ke US$64,46/barel, sedangkan brent juga turun drastis nyaris 1% ke US$74,66/barel, sebelum kemudian berangsur-angsur menipiskan pelemahannya.
Gara-gara membanjirnya produksi minyak mentah AS ini, spread antara light sweet dan brent pun mencapai lebih dari US$10/barel.
Sentimen yang mampu membatasi pelemahan harga sang emas hitam datang dari runtuhnya produksi minyak Venezuela. Produksi minyak mentah negara yang sempat dipimpin oleh Hugo Chavez ini sedang mengalami krisis yang disebabkan oleh terhambatnya investasi, kesalahan manajemen, dan konfrontasi dengan AS yang berujung pada sanksi.
Perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, dilaporkan akan menyatakan kondisi kahar (force majeure) pada sejumlah ekspornya, akibat jatuhnya produksi dan penumpukan (bottleneck) tanker minyak di pelabuhan, seperti dikutip dari Reuters.
Padahal, Venezuela merupakan pemilik cadangan minyak mentah terbesar di dunia, dan merupakan pemasok utama komoditas minyak mentah ke AS.
Sentimen positif lainnya datang dari salah satu anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Irak, yang menyatakan bahwa peningkatan produksi "belum ada di meja" seiring stabilnya pasar dan solidnya harga, seperti dikutip dari CNBC International. Komentar tersebut disampaikan menyusul adanya permintaan tidak resmi dari AS ke pemimpin de-facto OPEC Arab Saudi, untuk menggenjot produksinya.
Pernyataan Baghdad lantas menambah kompleksitas menjelang pertemuan rutin OPEC di Vienna pada 22 Juni mendatang. Sebagai catatan, pertemuan tersebut akan memberikan gambaran bagaimana kebijakan OPEC terkait produksi minyak mentahnya ke depan.
Kombinasi sentimen dari Irak dan Venezuela tersebut lantas mampu menyokong penguatan harga minyak pagi ini. Hingga pukul 09.30 WIB hari ini, lightsweet mampu menguat 0,39% ke US$64,98/barel, sementara brent juga naik 0,46% ke US$75,71/barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Duh Makin Mahal, Harga Minyak Bisa ke US$ 70/barel
Penyebabnya adalah cadangan minyak mentah AS yang naik 2,1 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 1 Juni, sepertil dilaporkan oleh US Energy Information Administration (EIA), jauh melebihi ekspektasi analis yang mengestimasikan penurunan sebesar 1,8 juta barel.
Tidak hanya itu, EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak mentah mingguan Negeri Paman Sam juga kembali mencetak rekor baru sepanjang sejarah, di angka 10,8 juta barel per hari (bph) di sepanjang pekan lalu.
Gara-gara membanjirnya produksi minyak mentah AS ini, spread antara light sweet dan brent pun mencapai lebih dari US$10/barel.
![]() |
Sentimen yang mampu membatasi pelemahan harga sang emas hitam datang dari runtuhnya produksi minyak Venezuela. Produksi minyak mentah negara yang sempat dipimpin oleh Hugo Chavez ini sedang mengalami krisis yang disebabkan oleh terhambatnya investasi, kesalahan manajemen, dan konfrontasi dengan AS yang berujung pada sanksi.
Perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, dilaporkan akan menyatakan kondisi kahar (force majeure) pada sejumlah ekspornya, akibat jatuhnya produksi dan penumpukan (bottleneck) tanker minyak di pelabuhan, seperti dikutip dari Reuters.
Padahal, Venezuela merupakan pemilik cadangan minyak mentah terbesar di dunia, dan merupakan pemasok utama komoditas minyak mentah ke AS.
Sentimen positif lainnya datang dari salah satu anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Irak, yang menyatakan bahwa peningkatan produksi "belum ada di meja" seiring stabilnya pasar dan solidnya harga, seperti dikutip dari CNBC International. Komentar tersebut disampaikan menyusul adanya permintaan tidak resmi dari AS ke pemimpin de-facto OPEC Arab Saudi, untuk menggenjot produksinya.
Pernyataan Baghdad lantas menambah kompleksitas menjelang pertemuan rutin OPEC di Vienna pada 22 Juni mendatang. Sebagai catatan, pertemuan tersebut akan memberikan gambaran bagaimana kebijakan OPEC terkait produksi minyak mentahnya ke depan.
Kombinasi sentimen dari Irak dan Venezuela tersebut lantas mampu menyokong penguatan harga minyak pagi ini. Hingga pukul 09.30 WIB hari ini, lightsweet mampu menguat 0,39% ke US$64,98/barel, sementara brent juga naik 0,46% ke US$75,71/barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy) Next Article Duh Makin Mahal, Harga Minyak Bisa ke US$ 70/barel
Most Popular