Saham TKIM dan INKP Meroket, Ini Penyebabnya

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 June 2018 14:35
Berikut penyebab kenaikan harga saham TKIM dan INKP yang terjadi belakangan ini.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) ramai diperbincangkan investor belakangan ini. Bagaimana tidak, kedua saham tersebut memberikan imbal hasil yang luar biasa tinggi bagi investor hanya dalam waktu yang singkat.

Terhitung semenjak awal Mei sampai dengan berita ini diturunkan, harga saham TKIM telah meroket hingga 59,5% ke level Rp 16.425/saham, sementara saham INKP naik 51,1% ke level Rp 19.925/saham. Tak tanggung-tanggung, banyak dana pensiun lokal mengkoleksi saham ini yang menjadi pemicu kenaikan harga saham kedua emiten tersebut.

Hal tersebut terbilang mengejutkan. Pasalnya, kedua saham itu sudah membukukan kenaikan harga yang signifikan sepanjang tahun lalu: saham TKIM menguat 300%, sementara saham INKP menguat hingga 465,5%.

Lantas, apa yang memotori harga saham kedua perusahaan hingga bisa terus naik? Hal ini nampaknya dipicu oleh faktor fundamental yang datang dari China.

Krisis Tisu Toilet
Mengutip CNBC International, pada tahun 2015 pemerintahan China meluncurkan sebuah program bernama "toilet revolution" yang akan berlangsung selama 3 tahun lamanya. Di bawah program ini, pemerintahan China bertujuan untuk memperbaiki kualitas dari toilet-toilet di China guna menarik lebih banyak turis ke Negeri Panda.

Per akhir November 2018, dana sebanyak US$ 3,03 miliar dikabarkan telah disalurkan untuk membangun dan memperbaiki 68.000 toilet yang terletak di lokasi destinasi wisata di seluruh penjuru China. Salah satu fasilitas tambahan yang diberikan adalah penyediaan tisu toilet.

Seiring dengan maraknya penyediaan tisu di toilet-toilet di Negeri Panda, masyarakat lokal pun kini menjadi terbiasa menggunakannya untuk kebutuhan sanitasi. Sebuah hal yang mungkin belum pernah kita lihat sebelumnya pun terjadi: China mengalami krisis tisu toilet. Ya, bukan krisis keuangan, namun krisis tisu toilet. Isu ini mulai merebak pada April 2017 lalu.

Krisis ini dipicu oleh maraknya pencurian tisu toilet yang dilakukan oleh warga lokal. South China Morning Post melaporkan bahwa berdasarkan hasil investasi media-media lokal, diketahui bahwa warga lokal mengambil tisu di toilet-toilet publik untuk kemudian digunakan di rumah.

Krisis ini nampaknya masih berlanjut sampai sekarang, mendorong tingginya permintaan atas bubur kertas yang merupakan bahan baku dari tisu toilet. Bubur kertas merupakan salah satu produk dari INKP.

Mengutip laporan keuangan perusahaan, pada tahun 2017 total ekspor INKP ke wilayah Asia naik hingga 20,3% menjadi US$ 1,17 miliar, dari yang sebelumnya US$ 972,77 juta. Walaupun tak menyebutkan secara rinci pasar Asia mana yang banyak berkontribusi dalam mendongkrak ekspor, dengan melihat fenomena yang ada dapat diasumsikan bahwa derasnya permintaan dari China menjadi pendorongnya.

Hal ini dikonfirmasi oleh data ekspor bubur kertas Indonesia ke China pada periode yang sama. Sepanjang tahun lalu, ekspor bubur kertas ke negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini meroket hingga 76,4% menjadi US$ 1,71 miliar, dari yang sebelumnya US$ 969,2 juta.

Pesatnya Pertumbuhan E-Commerce
Pada tahun 2017, ekspor produk kertas dari Indonesia ke China (termasuk kertas untuk kemasan) naik hingga 147,2% (dari US$ 163,9 juta menjadi US$ 405,1 juta). Kencangnya ekspor dipicu oleh pesatnya pertumbuhan e-commerce disana, yang salah satunya didorong oleh kehadiran Alibaba.

Mengutip situes ZDNet, per akhir Mei 2018 Alibaba memproses sebanyak 100 juta paket setiap harinya. Bahkan, perusahaan besutan Jack Ma itu telah mengungkapkan rencana investasi senilai US$ 100 miliar yuan dalam 5 tahun (US$ 15,58 miliar) guna meningkatkan kapasitas paket yang dapat ditangani menjadi 1 miliar paket setiap harinya.

Kertas kemasan merupakan produk dari TKIM dan INKP. Sepanjang tahun 2017, TKIM memproduksi kertas kemasan sebanyak 116.000 ton, sementara produksi INKP jauh lebih tinggi yakni sebesar 2,1 juta ton.

Pilkada Serentak
Selain angin segar yang datang dari China, pada tahun ini kinerja keuangan TKIM dan INKP juga diharapkan akan terdongkrak oleh gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Tercatat, sebanyak 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten akan ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tersebut. Beberapa provinsi besar yang akan menyelenggarakan pilkada diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Gelaran pilkada 2018 lantas diharapkan bisa mendongkrak permintaan kertas.

Sebagai catatan, laba bersih TKIM pada tahun lalu naik 254,5% (dari US$ 7,7 juta menjadi US$ 27,3 juta), sementara laba bersih INKP naik 103,8% (dari US$ 202,7 juta menjadi US$ 413,2 juta).
(hps) Next Article Profit Taking, Harga Saham TKIM & INKP Anjlok di Atas 3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular