
Kenaikan Suku Bunga BI, Tahan Dana Keluar dari Pasar Obligasi
Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 June 2018 09:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengakatan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-Days Repo Rate/7-DRR) menahan investor tidak keluar dari pasar obligasi. Saat ini, yield obligasi jangka pendek sudah berada pada batas permintaan investor.
Wahyu menjelaskan, langkag BI menaikan bunga acuan, selain untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi adalah juga untuk menjaga agar yield obligasi jangka pendek lekas mencapai tingkat yang membuat investor nyaman dan tidak keluar dalam jangka pendek.
"Kenaikan bunga acuan BI selaku bank sentral berdasarkan data historis cenderung akan meningkatkan yield obligasi yang bertenor pendek (kurang dari 3 tahun)," kata Wahyu kepada CNBC Indonesia, Senin (4/6).
Selain itu, meredanya kenaikan yield US-Treasury turut meredakan tekanan di pasar obligasi. Pekan lalu, yield US-Treasury tenor 10-tahun turun hingga -7,27bps wow ke level 2,85%.
Namun ditengah penurunan yield US-Treasuries dan menguatnya nilai tukar rupiah, persepsi risiko di global masih tampak meningkat, tercermin dari naiknya CDS Indonesia tenor 5-tahun. Kondisi tersebut pada akhirnya kemungkinan memicu net sell asing di pasar SBN sebesar Rp1,59 triliun.
Meningkatnya ekspektasi risiko global diprediksi terpicu oleh semakin solidnya data ketenagakerjaan AS yang mana tingkat pengangguran bulanan AS turun ke level 3,8% (terendah sejak 18 tahun terakhir).
Riset IBPA memperkirakan penguatan pasar obligasi berlanjut di pekan pertama Juni. Stabilnya nilai tukar rupiah paska kenaikan suku bunga acuan BI masih menjadi katalis positif di pekan depan.
Rilis data inflasi Indonesia periode Mei yang diprediksi turun ke level 3,28%yoy dan rilis cadangan devisa yang diprediksi meningkat menjadi US$128,3miliar turut menjadi tenaga tambahan bagi pasar obligasi domestik. Namun, pasar juga masih dibayangi potensi kenaikan Fed Fund Rate lebih dari 3 kali paska data ketenagakerjaan AS yang lebih solid.
(hps) Next Article Optimisme Damai Dagang, Harga SUN Diprediksi Menguat
Wahyu menjelaskan, langkag BI menaikan bunga acuan, selain untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi adalah juga untuk menjaga agar yield obligasi jangka pendek lekas mencapai tingkat yang membuat investor nyaman dan tidak keluar dalam jangka pendek.
"Kenaikan bunga acuan BI selaku bank sentral berdasarkan data historis cenderung akan meningkatkan yield obligasi yang bertenor pendek (kurang dari 3 tahun)," kata Wahyu kepada CNBC Indonesia, Senin (4/6).
Namun ditengah penurunan yield US-Treasuries dan menguatnya nilai tukar rupiah, persepsi risiko di global masih tampak meningkat, tercermin dari naiknya CDS Indonesia tenor 5-tahun. Kondisi tersebut pada akhirnya kemungkinan memicu net sell asing di pasar SBN sebesar Rp1,59 triliun.
Meningkatnya ekspektasi risiko global diprediksi terpicu oleh semakin solidnya data ketenagakerjaan AS yang mana tingkat pengangguran bulanan AS turun ke level 3,8% (terendah sejak 18 tahun terakhir).
Riset IBPA memperkirakan penguatan pasar obligasi berlanjut di pekan pertama Juni. Stabilnya nilai tukar rupiah paska kenaikan suku bunga acuan BI masih menjadi katalis positif di pekan depan.
Rilis data inflasi Indonesia periode Mei yang diprediksi turun ke level 3,28%yoy dan rilis cadangan devisa yang diprediksi meningkat menjadi US$128,3miliar turut menjadi tenaga tambahan bagi pasar obligasi domestik. Namun, pasar juga masih dibayangi potensi kenaikan Fed Fund Rate lebih dari 3 kali paska data ketenagakerjaan AS yang lebih solid.
(hps) Next Article Optimisme Damai Dagang, Harga SUN Diprediksi Menguat
Most Popular