
Harga CPO Turun 1% Lebih Dihantam Sejumlah Sentimen Negatif
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
04 June 2018 20:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Agustus 2018 di bursa derivatif Malaysia melemah 1,23% ke MYR2.409/ton hingga pukul 17.00 WIB hari ini.
Dengan demikian, harga komoditas agrikultur unggulan ekspor Indonesia dan Malaysia ini melanjutkan tren penurunannya, pasca ditutup melemah di kisaran 0,65% sepanjang pekan lalu.
Penyebab utama pelemahan harga CPO hari ini datang dari beberapa sentimen negatif.
Pertama, spekulasi menurunnya permintaan komoditas minyak kelapa sawit pada bulan Juni 2018 mendatang. Pasalnya, pelaku pasar cenderung menangkap persepsi melemahnya tren permintaan dari luar negeri di pasar spot.
Sebagai informasi, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tercatat turun 8,8% secara month-to-month (MtM) ke 1,2 juta ton pada bulan Mei 2018, mengutip data survei dari AmSpec Agri.
Dari Indonesia, pada Rabu (30/5/2018), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit RI pada Januari - April 2018 turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi 10,24 juta ton.
GAPKI sendiri mengakui bahwa terjadi anomali pada periode April 2018, di mana biasanya permintaan minyak sawit naik signifikan di negara tujuan ekspor menjelang Lebaran. Namun, ternyata kenaikan permintaan di bulan keempat tahun ini hanya terjadi di negara-negara muslim.
Kedua, rencana kenaikan upah minimum di Malaysia pada Bulan Agustus. Seperti diketahui, kenaikan upah minimum tentu saja akan menambah biaya produksi perkebunan kelapa sawit. Di tengah ekspektasi lesunya permintaan CPO dan produknya secara global, hal ini lantas diperkirakan akan memberikan dampak struktural yang negatif pada neraca keuangan industri perkebunan di Negeri Jiran.
Ketiga, harga minyak dunia yang anjlok juga turut membebani harga CPO. Rendahnya harga sang emas hitam membuat produksi biodiesel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen berkurangnya permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Sebagai informasi, harga minyak jenis brent dan light sweet melemah masing-masing sebesar 1,83% dan 1,03% di akhir pekan lalu.
Amblasnya harga sang emas hitam dipicu oleh ekspektasi peningkatan produksi minyak mentah dari 2 produsen utama dunia yakni Rusia dan Arab Saudi. Peningkatan ini diproyeksikan akan mengompensasi disrupsi pasokan minyak yang disebabkan oleh krisis di Venezuela dan Iran.
Selain itu, produksi minyak mentah mingguan AS yang kembali mencatatkan rekor sepanjang sejarah, dengan mencatatkan volume produksi sebesar 10,769 barel per hari (bph) dalam sepekan hingga tanggal 25 Mei 2018, melansir data dari US Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis (31/05/2018).
Rekor tertinggi secara bulanan juga dipecahkan pada Bulan Maret 2018 lalu, di mana produksi minyak mentah negeri adidaya ini bertambah 215.000 bph menjadi 10,47 juta bph.
Keempat, tekanan bagi harga CPO datang dari pelemahan harga sang rival minyak kedelai di kisaran 0,16% pada sore ini di Chicago Board of Trade.
Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(RHG/RHG) Next Article 'Harga CPO Tinggi tak akan Menolong Petani'
Dengan demikian, harga komoditas agrikultur unggulan ekspor Indonesia dan Malaysia ini melanjutkan tren penurunannya, pasca ditutup melemah di kisaran 0,65% sepanjang pekan lalu.
![]() |
Pertama, spekulasi menurunnya permintaan komoditas minyak kelapa sawit pada bulan Juni 2018 mendatang. Pasalnya, pelaku pasar cenderung menangkap persepsi melemahnya tren permintaan dari luar negeri di pasar spot.
Sebagai informasi, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tercatat turun 8,8% secara month-to-month (MtM) ke 1,2 juta ton pada bulan Mei 2018, mengutip data survei dari AmSpec Agri.
Dari Indonesia, pada Rabu (30/5/2018), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa ekspor minyak sawit RI pada Januari - April 2018 turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menjadi 10,24 juta ton.
GAPKI sendiri mengakui bahwa terjadi anomali pada periode April 2018, di mana biasanya permintaan minyak sawit naik signifikan di negara tujuan ekspor menjelang Lebaran. Namun, ternyata kenaikan permintaan di bulan keempat tahun ini hanya terjadi di negara-negara muslim.
Kedua, rencana kenaikan upah minimum di Malaysia pada Bulan Agustus. Seperti diketahui, kenaikan upah minimum tentu saja akan menambah biaya produksi perkebunan kelapa sawit. Di tengah ekspektasi lesunya permintaan CPO dan produknya secara global, hal ini lantas diperkirakan akan memberikan dampak struktural yang negatif pada neraca keuangan industri perkebunan di Negeri Jiran.
Ketiga, harga minyak dunia yang anjlok juga turut membebani harga CPO. Rendahnya harga sang emas hitam membuat produksi biodiesel menjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen berkurangnya permintaan CPO sebagai bahan baku biodiesel. Sebagai informasi, harga minyak jenis brent dan light sweet melemah masing-masing sebesar 1,83% dan 1,03% di akhir pekan lalu.
Amblasnya harga sang emas hitam dipicu oleh ekspektasi peningkatan produksi minyak mentah dari 2 produsen utama dunia yakni Rusia dan Arab Saudi. Peningkatan ini diproyeksikan akan mengompensasi disrupsi pasokan minyak yang disebabkan oleh krisis di Venezuela dan Iran.
Selain itu, produksi minyak mentah mingguan AS yang kembali mencatatkan rekor sepanjang sejarah, dengan mencatatkan volume produksi sebesar 10,769 barel per hari (bph) dalam sepekan hingga tanggal 25 Mei 2018, melansir data dari US Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis (31/05/2018).
Rekor tertinggi secara bulanan juga dipecahkan pada Bulan Maret 2018 lalu, di mana produksi minyak mentah negeri adidaya ini bertambah 215.000 bph menjadi 10,47 juta bph.
Keempat, tekanan bagi harga CPO datang dari pelemahan harga sang rival minyak kedelai di kisaran 0,16% pada sore ini di Chicago Board of Trade.
Seperti diketahui, harga CPO memang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(RHG/RHG) Next Article 'Harga CPO Tinggi tak akan Menolong Petani'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular