Sempat Terpeleset, Rupiah Mampu Ditutup Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 June 2018 16:49
Sempat Terpeleset, Rupiah Mampu Ditutup Menguat
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan hari ini. Rupiah sempat melemah menyusul rilis data inflasi, tetapi kemudian mampu berbalik menguat. 

Pada Senin (4/6/2018), US$ 1 dibanderol Rp 13.867 saat penutupan pasar. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Saat pembukaan pasar, US$ 1 diperdagangkan di Rp 13.850 atau menguat 0,29%. Setelah itu, rupiah cenderung bergerak melemah. Posisi terlemah rupiah hari ini ada di Rp 13.896/US$. 

Namun, depresiasi ini tidak bertahan lama. Selepas pukul 12:00 WIB, rupiah berbalik arah dan terus menguat dan akhirnya ditutup di Rp 13.897/US$. 

Reuters

Seperti rupiah, mata uang regional pun cenderung menguat. Dengan apresiasi 0,17%, rupiah bukanlah mata uang dengan kinerja terbaik. Hingga pukul 16:20 WIB, dolar Singapura menjadi mata uang dengan penguatan nomor satu di antara mata uang utama Asia.  

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 16:20 WIB: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang109,51+0,02
Yuan China6,40+0,20
Won Korsel1.067,77+0,28
Dolar Taiwan29,75+0,19
Rupee India67,07-0,11
Dolar Singapura1,33+0,34
Peso Filipina52,48+0,02
Baht Thailand31,96+0,22
 
Dolar AS memang sedang tertekan. Ini terlihat dari Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, pada pukul 16:23 WIB melemah 0,41%. 

Pelemahan dolar AS disebabkan oleh penurunan tensi politik di Italia. Giuseppe Conte akhirnya disumpah sebagai Perdana Menteri Italia yang diusung oleh koalisi Liga dan Gerakan Bintang Lima. Dengan perkembangan ini, Italia bisa menghindari pemilu ulang yang justru bisa memperpanjang ketidakpastian. 

Untuk saat ini, setidaknya gaduh politik Negeri Pizza mereda. Namun mungkin ini tidak bertahan lama, karena pemerintahan Italia kini didominasi oleh kekuatan sayap kanan (ultra nasionalis). Ini bisa membawa kebijakan pemerintah lebih populis, seperti menambah subsidi, memotong tarif pajak, sampai keluar dari Uni Eropa untuk menghindari intervensi. 

Selain itu, risk appetite investor pun meningkat karena pertemuan AS-Korea Utara yang semakin mendekati kenyataan. Rencananya Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 12 Juni di Singapura. 

Dengan pertemuan ini, diharapkan perdamaian di Semenanjung Korea bisa terwujud. Sesuatu yang tidak pernah bisa menjadi kenyataan dalam puluhan tahun.

Satu risiko besar akan sirna, dan akan berdampak positif terhadap perekonomian dunia. Akibatnya, investor pun menjadi lebih berani mengambil risiko dan masuk ke negara-negara berkembang.


Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Mei 2018. Dalam periode tersebut, laju inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) adalah 0,21%. Kemudian inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 3,23% dan inflasi inti secara tahunan di 2,75%. 

Rilis ini masih sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi Mei secara MtM sebesar 0,25%. Sementara inflasi YoY diproyeksikan 3,3% dan inflasi inti YoY diramal 2,76%. Bahkan realisasinya sedikit lebih rendah. 

Setelah rilis data inflasi, rupiah bergerak melemah. Ini mungkin karena pelaku pasar memang sudah terlebih dulu mengantisipasi bahwa inflasi Mei akan terkendali. Artinya, laju inflasi Mei sudah priced in di mata investor. 

Akibatnya, begitu data dirilis maka yang terjadi adalah aksi ambil untung. Pameo buy the rumor and sell the news benar-benar berlaku di sini. Apalagi sepanjang pekan lalu rupiah sudah menguat 0,68% terhadap dolar AS, yang tentunya menggoda investor untuk mencairkan keuntungan ketika ada pemicu yang tepat. 

Di pasar saham, investor asing terlihat masih merealisasikan keuntungan. Terlihat dari transaksi yang menghasilkan jual bersih Rp 155,35 miliar. Jika tidak ada aksi ambil untung ini, maka bisa saja rupiah menguat lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular