Inflasi Ramadan Rendah, Apa Daya Beli Masyarakat Turun?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 June 2018 14:42
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut rendahnya inflasi Ramadan sama sekali tidak mencerminkan adanya permintaan yang melambat.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut rendahnya inflasi Ramadan sama sekali tidak mencerminkan adanya permintaan yang melambat. Apalagi, inflasi inti pada Mei 2018 memberikan andil terbesar.

Hal tersebut dikemukakan Kepala BPS Suhariyanto usai mengumumkan perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2018. Pada periode tersebut, terjadi inflasi 0,21% atau lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumya.

"Saya tidak melihat ini sebagai pertanda perlambatan konsumsi, tapi karena harga barang bergejolaknya terkendali," kata Suhariyanto, Senin (4/6/2018).

Selama Mei 2017, inflasi inti mencapai 0,12% dengan andil 0,12% terhadap inflasi. Meskipun inflasi inti memberikan andil cukup besar terhadap pergerakan inflasi, namun komponen harga bergejolak (volatile food) saat ini masih relatif terkendali karena hanya memberikan andil 0,03%.

"Seperti beras yang mengalami penurunan, biasanya naik. Tapi yang diwaspadai daging ayam ras dan telur," katanya.

Adapun komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) mencatatkan inflasi 0,27%, dengan andil sebesar 0,06%. Menurut komponen, inflasi inti menjadi penyumbang paling besar inflasi Mei 2018.

BPS memperkirakan, ada empat komponen dari volatile food maupun administered prices yang kemungkinan akan memberikan tekanan pada inflasi bulan ini. Antara lain, daging ayam ras, telur ayam ras, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan perkotaan.

(dru) Next Article Inflasi Rendah, Apa Daya Beli Masyarakat Loyo?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular